Riset H+K Strategies: Brand Harus Bisa Mewakili Ekspresi Gen Z

marketeers article
Portrait of three happy students sitting on green lawn and smiling looking at smartphone screen enjoying break on summer day

Generasi Z atau akrab disapa Gen Z diperkirakan akan menjadi segmen konsumen terbesar di dunia, termasuk Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Laporan yang dirilis oleh Hill+Knowlton Strategies (H+K Strategies) mengungkap apa yang dibutuhkan merek untuk masuk ke dalam demografi Gen Z.

H+K Strategies mengumpulkan 500 koresponden muda berusia di atas 16 tahun dari seluruh wilayah di Indonesia. Dalam laporan berjudul The Youth Equation, terungkap bahwa terjadi pergeseran perspektif di kalangan Gen Z dalam memiliih merek untuk memenui kebutuhan konsumsinya akibat pandemi COVID-19.

“Pandemi berhasil mentransformasi cara hidup orang, termasuk persepsi Gen Z. Generasi ini akan memainkan peran penting terhadap ekonomi Indonesia dengan sikap, perilaku, dan preferensi serta pola pikirnya. Kami berpikir, brand harus kembali beradaptasi agar relevan dengan generasi ini,” kata Marianne Admardatine, CEO H+K Strategies Indonesia.

Setidaknya, ada lima poin yang harus diperhatikan oleh merek dalam menghadapi Gen Z di Indonesia.

Pertama, Gen Z menganggap bahwa media sosial merupakan platform utama untuk berkomunikasi. Artinya, merek harus membaca cara orang-orang muda ini berinteraksi di kanal digital. Sehingga, merek bisa masuk ke dalam obrolan dan membangun awareness di kalangan Gen Z.

Kedua, Gen Z lebih berani membela dan menyuarakan kebenaran. “Merek harus aware terhadap isu sosial yang tengah berkembang dan tidak menjadi bagian dari isu tersebut,” kata Marianne.

Pasalnya, Gen Z tidak ragu untuk tidak menggunakan produk dari merek yang tidak mendukung kebenaran atau menjadi bagian dari isu sosial tersebut.

Ketiga, kanal digital digunakan untuk menjadi wadah subkultur. Di sini, mereka bisa memenuhi minat pribadi seperti musik, seni, olahraga, makanan, dan traveling. Laporan ini menyarankan agar merek bisa lebih berani berinvestasi demi menjadi bagian dari subkultur ini.

Keempat, merek harus memiliki tujuan yang kuat. Terutama tujuan sosial yang tinggi. Pasalnya, Gen Z menaruh minat khusus terhadap merek yang memiliki brand purpose yang jelas. Sebut saja merek yang mendukung pelestarian lingkungan dan benar-benar memiliki program yang sejalan.

“Tidak hanya itu, mereka juga menyukai merek yang bersifat otentik dan memiliki ciri khas tersendiri. Merek harus lebih bisa menentukan jati dirinya agar lebih menarik perhatian Gen Z,” tambah Marianne.

Kelima, Gen Z menyukai merek yang memiliki resonansi komunikasi yang sama dengan mereka. Resonansi tidak melulu harus menjadi Gen Z, tapi bagaimana merek bisa membaca apa yang mereka inginkan. Salah satunya bisa diwujudkan dengan kegiatan aktualisasi diri dengan gaya santai, namun memiliki nilai.

“Gen Z memiliki ciri khas yang lebih santai. Mereka memiliki minat besar terhadap musik, seni, dan gaming. Generasi ini juga cenderung gemar membagikan tujuan hidup mereka dengan tujuan menyemangati orang lain. Merek harus memahami hal tersebut untuk membangun komunikasi yang lebih intim jika ingin masuk ke dalam komunitas muda ini,” tutup Marianne.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related