Riset: Milenial Kesulitan Mengelola Keuangan Saat Pandemi

marketeers article
Man hand putting money to glass bottle.

Pandemi menuntut generasi milenial mengubah kebiasaan dalam mempersiapkan masa depan keuangan dan mendorong untuk membuat perubahan pada cara mereka mengelola keuangan. Berdasarkan survei terbaru dari Standard Chartered, generasi milenial berusia 25-44 tahun menjadi generasi yang paling terkena dampak pandemi dari sisi finansial.

Setidaknya 41% responden dari generasi milenial mengalami kesulitan untuk memenuhi pengeluaran sehari-hari dan sebanyak 35% melaporkan tingkat pinjaman yang lebih tinggi dalam sebulan terakhir dibandingkan generasi lainnya.

Di Indonesia, sebanyak dua pertiga masyarakat atau bila dibandingkan angka global sekitar 64% merasa mengelola uang menjadi lebih sulit sejak dimulainya pandemi COVID-19. Terutama generasi milenial yang dilaporkan kecewa dengan tingkat pengembalian tabungan atau investasi mereka.

“Milenial juga merasa kurang dapat mengontrol keuangan pribadi mereka dan lebih cenderung mengalami penurunan tingkat tabungan selama sebulan terakhir jika dibandingkan generasi yang lebih tua,” ujar Andrew Chia, CEO Standard Chartered Bank Indonesia.

Terlepas dari tantangan tersebut, generasi milenial lebih mungkin mengejar tujuan keuangan jangka panjang ketimbang generasi di atasnya. Sebanyak 33% generasi milenial Indonesia saat ini menabung untuk pembelian besar seperti mobil atau rumah. Sementara 36% mencoba menabung lebih banyak untuk masa pensiun.

Andrew mengatakan, untuk memenuhi ambisi tersebut, 24% milenial Indonesia memonitor dan menganggarkan pengeluaran mereka dengan baik. Sedangkan 38% ingin mengubah anggaran pengeluaran mereka dan 30% sudah mulai menggunakan aplikasi untuk mengelola uang dan untuk penganggaran selama COVID-19.

“Sementara itu, 64% generasi milenial yang belum mulai menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan dan penganggaran berencana melakukannya dalam tiga tahun ke depan,” tambah Andew.

Selain itu, di Indonesia milenial lebih mungkin untuk memulai tabungan digital dibandingkan generasi di atas mereka. Sekitar 30% responden milenial cenderung mulai menggunakan aplikasi tabungan atau investasi. Sementara 16% lebih cenderung mulai menggunakan chatbot online atau robo-advisor untuk pertama kalinya selama pandemi COVID-19.

Dalam mengelola keuangan dan pengeluaran, secara global, orang-orang paling tidak mungkin membelanjakan duit mereka untuk liburan. Hanya 13% orang Indonesia yang memilih opsi tersebut.

“Pandemi telah membuat orang lebih berhati-hari dengan tabungan dan pengeluaran, serta membuat mereka cenderung tidak berbelanja secara royal. Namun, penerapan teknologi dapat lebih membantu mengelola keuangan di tengah gejolak ekonomi saat ini,” tutup Andrew.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related