Risma: Bangun Manusia Lebih Berat Ketimbang Bangun Kota

marketeers article

Membangun kota secara fisik lebih gampang daripada membangun manusia yang hidup dan tinggal di dalam kota tersebut. Hal ini disampaikan oleh Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, saat memaparkan upaya Kota Surabaya dalam menghidupi semangat Adipura di Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (23/6/2016).

“Membangun manusianya justru lebih berat. Sementara, semua warga khususnya yang miskin berhak untuk maju dan berhak untuk sukses di masa depan. Pemerintah kota berupaya memfasilitasi mereka,” ujar Risma.

Tidak gampang, sambung Risma, mengajak sebagian warga miskin untuk mau sekolah. Ia bilang, ada sebagian orang miskin yang tidak hanya miskin secara materi, tetapi juga miskin di tingkat mental. Hal ini sangat memprihatinkan bagi Risma.

Sebab itu, pemerintah kota tak mau kehabisan cara untuk mengajak mereka mau mengenyam pendidikan lebih baik dengan cara mengubah pola pikir bahwa sekolah itu kebutuhan fundamental. Pemkot Surabaya sendiri sudah memberi program beasiswa dan sekolah gratis.

“Memang, yang berat adalah membongkar mindset seperti itu. Kita harus mampu mengerti banyak karakter orang dan mau turun langsung menemui mereka. Pasti tidak ada enaknya karena kadang dicacimaki dan bisa melelahkan. Tapi, ini satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk memahami warga,” kata Risma.

Risma mengatakan, komunikasi langsung dengan warga menjadi kunci. Dalam hal ini, perlu sentuhan manusiawi. Dalam proses pendekatan dengan warga tersebut, Risma berupaya agar masyarakat makin teredukasi akan nilai-nilai, mau bergerak sendiri, dan tidak tergantung pada siapa walikotanya. Kata Risma, warga harus memahami kebutuhan mereka sendiri dan melakukan gerakan bersama.

Soal pencegahan dan penanggulangan narkoba, misalnya, Risma berhasil mendorong kampung-kampung untuk membangun sistem pencegahannya sendiri. Demikian juga kampung-kampung yang membangun gerakan bebas rokok, jam belajar, mencegah kriminalitas, dan sebagainya.

“Menanamkan nilai-nilai ini lebih penting karena akan tetap dipegang di kemudian hari meskipun walikotanya sudah ganti. Selain itu, perlu mendorong warga bergerak sendiri tanpa harus dikomando. Tidak perlu perda lagi, tetapi justru kesepakan antarwarga,” kata Risma.

Related