Saham Terjun Bebas, Kapitalisasi Pasar Apple di Bawah US$ 2 Triliun

marketeers article
Ilustrasi Apple. (FOTO:123RF)

Apple Inc, raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) mencatatkan penurunan tajam untuk kapitalisasi pasar perusahaan. Kini, nilai pasar saham Apple di bawah US$ 2 triliun untuk pertama kalinya sejak Maret 2021.

Dilansir dari Reuters, Rabu (4/1/2023), penurunan itu sebelumnya sudah terjadi sejak tahun lalu. Produsen iPhone ini sempat menembus kapitalisasi pasar US$ 3 triliun sampai akhirnya saham perusahaan mengalami aksi jual yang cukup tajam.

Jerome Ramel, analis Exane BNP Paribas menurunkan peringkat saham Apple menjadi netral dari sebelumnya outperform dan memangkas target harga menjadi US$ 140 dari US$ 180. Setelah penurunan peringkat itu, saham Apple merosot 3,7% menjadi US$ 125,07.

BACA JUGA: Mengintip Sumber Revenue Tiga Raksasa Teknologi

Kekhawatiran investor makin bertambah seiring ekonomi global yang melambat dan inflasi yang tinggi sehingga mengganggu permintaan produk Apple. Perusahaan yang dipimpin Tim Cook ini telah memberi tahu pemasok untuk memproduksi lebih sedikit suku cadang untuk ear buds, smartwatch, dan laptopnya.

Dengan penurunan harga saham Apple saat ini, kapitalisasi pasar perusahaan tersebut berada di US$ 199 triliun. Ramel memangkas target pengiriman iPhone untuk tahun fiskal 2023 menjadi 224 juta unit dari 245 juta unit.

Hal itu mencerminkan masalah rantai pasokan dari mitranya, Foxconn dan konsumen mengurangi pengeluaran untuk produk smartphone kelas atasnya. Dengan kapitalisasi pasar Apple saat ini, nilai perusahaan hanya berada di atas Microsoft Corp, yang bernilai sekitar US$ 1,8 triliun.

BACA JUGA: TSMC Mulai Produksi Massal Chip 3nm di Taiwan

Dengan berbagai kekhawatiran yang ada, para analisis rata-rata memperkirakan Apple melaporkan penurunan pendapatan 1% untuk akhir kuartal 2022. Itu akan menandai penurunan pendapatan kuartalan pertama Apple sejak kuartal I 2022.

“Mereka (Apple) cenderung condong ke pelanggan perangkat konsumen kelas atas. Padahal, secara demografi, konsumennya tengah terpengaruh oleh tingginya harga berbagai barang,” ujar Kim Forest dari Bokeh Capital Partners.

Wall Street yang mengalami aksi jual tajam tahun lalu cukup menekan saham-saham raksasa teknologi. Hal itu menyusul kekhawatiran investor akibat kenaikan suku bunga yang tinggi.

Nilai pasar saham gabungan dari Apple, Microsoft, Amazon.com Inc, Alphabet Inc, dan Meta Platforms kini menyumbang sekitar 18% dari indeks S&P 500. Porsi itu mengalami penurunan dari tahun 2020 yang sempat menyumbang 24%.

Related