Salah Kaprah Pemahaman New Normal

marketeers article
Compass and an arrow pointing to the word time for change

Komunikasi menjadi aspek penting di tengah pandemi. Dampak dari komunikasi ini diyakini memberikan pengaruh besar terhadap penanganan COVID-19.

Berdasarkan temuan dari MarkPlus, Inc. baru 39% masyarakat yang memahami new normal. Istilah new normal sendiri muncul setelah wabah COVID-19 harus dihadapi masyarakat selama beberapa bulan terakhir dan telah memengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjelaskan bahwa new normal bukanlah kembali ke kehidupan normal melainkan mendapat tatanan normal yang baru.

“Hal ini merupakan bentuk adaptasi manusia terhadap pandemi COVID-19. Sehingga mereka tetap melakukan aktivitas atau produktif namun harus menjaga diri agar tidak terpapar virus ini,” ujar Moeldoko pada acara Government Roundtable: Komunikasi Publik di Era Digital yang diadakan oleh MarkPlus, Senin (15/06/2020).

Ia menambahkan bahwa new normal merupakan skenario untuk menjaga keseimbangan baik dari segi kesehatan yang wajib dijaga dan segi ekonomi sosial. Karena, keduanya harus tetap berjalan dengan baik dan beriringan. Sehingga ke depannya berbagai sektor ekonomi dapat terus maju.

Untuk memastikan proses adaptasi terhadap new normal berjalan dengan baik. Berbagai pihak harus ikut terlibat tidak hanya menekankan kedisiplinan secara kolektif. Tetapi, juga dimulai dari diri sendiri sebagai individu agar bisa mengubah kebiasaan atau perilaku.

Perubahan kebiasaan atau perilaku yang dimaksud pemerintah merupakan upaya untuk membangun ketahanan masyarakat dalam hal ini dari segi kesehatan. Dalam menyampaikan informasi mengenai ketahanan masyarakat ini, pemerintah melalui Gugus Tugas menggunakan berbagai saluran, salah satunya media sosial.

“Tetapi, pemerintah tidak hanya fokus pada komunikasi secara digital. Kami juga tidak melupakan komunikasi dengan cara yang konvensional bagi daerah-daerah yang masih belum terjangkau,” tutur Moeldoko.

Salah satu kampanye untuk membangun ketahanan masyarakat adalah empat sehat lima sempurna. Namun, bukan istilah yang dimaksud bukanlah tentang makanan saja seperti yang kita ketahui ketika kita kecil. Empat sehat lima sempurna ini terdiri dari jaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker, olahraga lalu istirahat secukupnya dan tidak panik, serta makan-makanan yang bergizi. Kebiasaan baru ini diharapkan dapat membantu meningkatkan ketahanan kesehatan masyarakat.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related