Sale Stock, e-Commerce yang Tumbuh dari Akar Rumput

marketeers article

Berdiri sejak tahun 2014 dari pasangan suami-isteri Lingga Madu dan Ariza Novianti, Sale Stock menjadi platform e-commerce yang bisa dibilang berada di bawah radar pertempuran para pemain raksasa e-commerce, seperti Lazada, Zalora, Tokopedia, dan Shopee. Namun, siapa sangka, Sale Stock masuk dalam peringkat sepuluh besar e-commerce yang paling sering digunakan di Indonesia.

Memang, awareness Sale Stock tak setinggi para pemain lain yang berani membakar uang dengan menyebar iklan yang begitu masif. Namun, jika bicara soal transaksi yang berhasil mereka cetak, sang CEO berani mengatakan,”Kami lah fashion e-commerce dengan transaksi terbesar di Indonesia.”

Apa sebabnya? Sale Stock menyasar pasar grass root alias akar rumput. Pasar ini jarang sekali diusik oleh banyak pemain e-commerce besar, sebab tantangannya cukup banyak. Konsumen yang berada di market ini adalah mereka yang tinggal di daerah lapis dua dan tiga, yang secara infrastruktur jalan maupun ICT, masih jauh dari kata baik.

“Kami memiliki visi bahwa produk fashion yang berkualitas bisa dirasakan oleh sista-sista di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ujar Lingga kepada awak media yang hadir di peluncuran promosi ‘Coba Dulu Baru Bayar’ di Tanamera Coffee Jakarta, Selasa, (27/3/2018).

Visi tersebut bukan isapan jempol belaka. Diakui Lingga, volume penjualan yang berhasil perusahaan ini raih di Jakarta sama dengan torehan yang mereka dapat di Papua. Bahkan lebih dari 50% penjualan berada di luar Pulau Jawa, yang sebenarnya bukan menjadi pasar kunci e-commerce tanah air.

Apa yang membuat Sale Stock bisa masuk ke ceruk tersebut? Lingga melihat, banyak perempuan di daerah tidak memiliki akses yang cukup banyak untuk mengonsumsi produk fashion yang berkualitas. Jikalau ada, mereka mesti pergi ke mal dan membayar dengan harga tinggi.

Padahal, sambung dia, retail yang ada di pusat belanja bisa menjual produk dengan margin berkali-kali lipat. Pengalaman sang isteri membeli blus seharga Rp 270.000, ternyata satu minggu kemudian harganya menjadi Rp 99.000. Lingga pun mengetahui bahwa ongkos produksi blus itu tak sampai Rp 50.000.

“UMR di daerah tak sama seperti di Jakarta. Di Yogyakarta saja sekitar Rp 2,3 juta. Bayangkan jika mereka harus membeli atasan seharga hampir Rp 300.000, padahal ongkos produksinya Rp 50.000. Fashion menjadi barang yang tidak inklusif,” kata dia.

Karenanya, Sale Stock bertekad memutus rantai pasok barang fashion dengan cara menjual produk fashion hasil produksi sendiri. Dengan memproduksi private label dan bekerja sama dengan para penjahit lokal, Sale Stock bisa menghapus biaya-biaya yang membuat harga produk melejit, seperti biaya distribusi.

“Diferensiasi kami yaitu kami menawarkan produk yang tidak hanya terjangkau, tetapi juga up-to-date terhadap tren fashion terkini. Sementara itu, ritel di daerah kerap menjual produk late season, alias apa yang tidak laku di kota, dijual ke daerah,” katanya.

Lewat positioning dan differentiation-nya itu, Sale Stock berhasil mengantarkan 4 juta paket sejak tiga tahun beroperasi di Indonesia. Terlebih, e-commerce ini berhasil menjaring konsumen perempuan yang sama sekali belum pernah berbelanja online. Lingga bilang, “74% perempuan Indonesia berbelanja online pertama kalinya melalui Sale Stock”.

Tak heran, apabila kanal penjualan Sale Stock tidak lebih dominan di desktop atau mobile apps. Justru, semua berimbang dengan penjualan yang diraihnya melalui Facebook dan Whatsapp. Lingga berpendapat, banyak dari pelangannya itu mengaku belum mengenal internet, namun telah menggunakan Facebook.

Sale Stock telah memperoleh pendanaan seri B sebesar US$ 27 juta yang dipimpin oleh modal ventura Gobi Parrtners dan Golden Equator. Sejumlah modal ventura lain, seperti GEC, KIP, MNC, dan SMDV milik Sinarmas Group juga turut serta membenamkan investasinya di Sale Stock.

Meski tak pernah mau mengutarakan siapa pihak pertama yang mengucurkan investasinya di Sale Stock, sejumlah pihak menyebut Ardhen Capital, modal ventura yang kini menjadi bagian dari Womemaker Partners. Sejak memperoleh investasi ini, revenue Sale Stock meningkat dua kali lipat.

Sempat memasuki masa-masa sulit pada tahun 2016 di mana perusahaan merumahkan 200an karyawan, Sale Stock kini berkomitmen untuk tumbuh hingga triple digit untuk menjangkau lebih banyak perempuan. Perusahaan ini telah beroperasi di 3700 kecamatan di seluruh nusantara.

Editor: Sigit Kurniawan

Related