Sekilas tentang Metaverse dan Sejumlah Komponen yang Melengkapinya

marketeers article
Ilustrasi. (FOTO: Dok 123rf)

Metaverse, ada berbagai terminologi yang digunakan ketika membahas tentang hal ini. Mulai dari augnented reality (AR), virtual reality (VR), blockchain, cryptocurrency, Non-Fungible Token (NFT) hingga Desentralized Autonomois Organization (DAO). Istilah-istilah itu ada yang terdengar baru, namun tidak sedikit yang sudah kita kenali sebelumnya.

“Metaverse ini kian meningkat popularitasnya terlebih lagi setelah Facebook berganti nama menjadi Meta. Tapi jika kita perhatikan kembali, dunia game sebenarnya sudah terlebih dulu mengenal Metaverse. Dan, Metaverse ini bisa dikatakan sudah mulai mendekati realita dengan elemen yang membentuknya,” tutur Iwan Setiawan, CEO Marketeers pada acara Marketeers iClub bertajuk Metaverse, Anyone?, Rabu (23/02/2022)..

Lalu sebenarnya, apa itu Metaverse? Iwan menjelaskan ada dua versi dari Metaverse yang pertama yaitu konvergensi antara dunia nyata dan virtual. Keduanya berkonvergensi dengan memanfaatkan input device. Alat yang digunakan inilah yang dikenal dengan input device AR dan VR.

Di dunia yang imersif ini, AR dan VR ini telah menjadi dua pilar yang berpengaruh. AR dan VR sudah cukup lama diperkenalkan di dunia teknologi. Dan, sudah banyak pula yang menggunakannya. Tetapi, keduanya kembali muncul di tengah melejitnya AR telah hadir sejak awal 1990-an sedangkan VR muncul di akhir 1980-an. 

AR ini banyak digunakan di industri gaming, lalu di dunia hiburan dalam menghadirkan konten maupun film. Di dunia otomotif, AR ini telah banyak digunakan untuk head up display di mobil. Dan, teknologi ini juga digunakan dalam kegiatan shopping untuk memberikan pengalaman berbeda. 

“Sedangkan dengan menggunakan VR, kita benar-benar mendapatkan pengganti dari penglihatan dengan simulasi digital dari lingkungan kita. Yang menarik dari teknologi ini adalah sifatnya yang imersif,” ungkap Iwan.

Ia menambahkan sejumlah use case yang ada di lapangan seperti dari dunia gaming, shopping. Misalnya, kita bisa berbelanja di dunia virtual dan bisa melakukan transaksi. Lalu, ada kegiatan training, seperti pelatihan dokter atau berbagai kegiatan di dunia medik hingga pelatihan mekanik.

VR juga banyak digunakan di industri pariwisata. Selain itu, dari sektor properti biasanya digunakan untuk penjualan. Sehingga, pembeli bisa melihat contoh rumah tanpa harus datang ke rumah contoh atau pihak pengembang tidak perlu menyiapkan marketing gallery secara fisik.

Selanjutnya Metaverse versi kedua yaitu dunia yang berfungsi penuh dengan kekuatan teknologi blockchain. Di dalamnya kita banyak mengenal istilah seperti Web 3 yang memiliki pandangan bahwa konten tidak bisa dikuasai oleh satu perusahaan atau merek saja tetapi siapa saja.

Teknologi kemudian memungkinkan semua data desentralisasi dengan teknologi yang bernama blockchain. Semuanya kemudian berkembang dan ditambah dengan kehadiran uang kripto (cryptocurrency). 

“Kehadiran uang kripto berawal dari sebuah pertanyaan, bagaimana kita bisa memberi motivasi bagi orang-orang untuk bekerja di server ini? Karena itu, uang kripto hadir untuk menjadi imbalan bagi mereka. Uang kripto pada awalnya hadir sebagai insentif bagi mereka yang ikut ambil bagian dalam blockchain,” jelas Iwan.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan uang kripto terus berkembang dan muncullah smart contract di Ethereum yang kita kenal dengan Non-Fungible Token (NFT).

Apa perbedaan NFT dengan token lainnya? NFT memiliki keunikan karena bisa digunakan sebagai proof of ownership atau bukti kepemilikan seperti sertifikat. Autentikasi dari NFT biasanya disebut sebagai ‘hak pamer’ digital.

Dan, pertanyaan lain yang tidak bisa dilepaskan dari Metaverse adalah jika sistem ini didesentralisasi, siapa yang mengatur?

“Tentu saja ada yang mengurus yaitu Desentralized Autonomous Organization (DAO). Mereka mengatur transaksi dan peraturan yang ada di blockchain. Organisasi ini semacam otoritas yang mengatur peraturan di blockchain. Lalu, siapa saja anggotanya? Anggotanya yaitu kumpulan pemilik token governor atau token terbatas,” ujar Iwan.

Terlepas dari berbagai istilah atau komponen yang ada di dalam Metaverse. Kita harus memahami bahwa pada akhirnya kita harus peduli mengenai teknologi ini. Metaverse adalah masa depan yang harus diperhitungkan.

Related