Selain Produk, Pebisnis Kuliner Kudu Melek Visual

marketeers article
Grilled T-bone steak and red wine glass on stone table. Top view with copy space

Meningkatnya penggunaan smartphone dan popularitas media sosial telah banyak mengubah kebiasaan masyarakat. Tidak hanya masyarakat, bisnis pun kin harus bisa beradaptasi.

Yang cukup kerasa dengan perubahan kebiasaan ini adalah bisnis makanan dan minuman. Hadirnya media sosial harus membuat pelaku bisnis makanan dan minuman menyesuaikan diri.

Salah satu pelaku yang sigap menyadari tren ini adalah Holycow. Restoran yang fokus pada jenis makanan steak ini mulai berdiri pada awal era 2010-an. Holycow berhasil bertahan hingga saat ini karena kemampuannya dalam mengadaptasi tren di masyarakat.

“Dulu kami banyak menggunakan platform Twitter sebagai salah satu sarana promosi kami,” terang Wynda Mardio Founder of Steak Hotel by Holycow pada ajang IdeaFest 2019 di Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Menurutnya saat ini terjadi perubahan konsumen, dalam artian banyak konsumen saat ini berasal dari generasi baru. Konsumen baru ini membawa kebiasaan baru. Dalam hal ini adalah kebiasaan mengonsumi media sosial dan layanan internet lainnya.

Yang dirasakan oleh Wynda, saat ini, terlepas dari kualitas rasa, konsumen menyukai tampilan gambar yang baik.

“Kami sampai mempekerjakan fotografer. Selain itu tampilan menu kami juga ditambahkan dengan gambar,” tambah Wynda.

Namun, terlepas dari masalah visual, kualitas produk tidak boleh sampai dilupakan. Karena pada akhirnya konsumen mencari makanan yang bisa memuaskan.

Baginya, para pelaku bisnis makanan dan minuman harus bisa memperhatikan perubahan pola ini. Tidak hanya fokus pada produk, tapi juga detil lainnya. Seperti tren peningkatan penggunaan layanan antar makanan. “Pelaku saat ini harus bisa lebih detil kepada hal-hal lainnya,” pungkas Wynda.

    Related