Semarang Kembangkan Wisata Ziarah Baru

marketeers article

Semarang baru saja menambah deretan wisata mereka di luar wisata religi Sembilan Wali atau Wali Songo dengan menghadirkan Ziarah Syawalan. Menjadi agenda tahunan, Ziarah Syawalan berpotensi besar penggerak wisata Kota Lumpia.

Ziarah Syawalan diawali dari makam Syaikh Ibrahim di Brumbung Mranggen, Minggu (24/6) pagi, sekitar pukul 07.30 WIB. Ziarah lalu dilanjutkan menuju makam Syaikh Shodiq atau Mbah Jago di Ringinjajar. Dari Ringinjajar, rombongan bergerak menuju makam Syaikh Jumadil Kubro di kawasan arteri Kaligawe.

“Ziarah Syawalan Semarang tahun ini sukses digelar. Pesertanya berjumlah ribuan orang. Ini jadi fenomena yang potensial bagi pariwisata Semarang. Sebab, jumlah pengunjung event ini tidak kalah dengan ziarah makam Sembilan Wali,” kata Ketua GenPI Jawa Tengah Shafigh Pahlevi Lontoh, Rabu (27/06/2018).

Masih berada di kawasan Kaligawe, peserta ziarah menuju makam Pangeran Adipati Surohadi Menggolo atau familiar sebagai Sunan Terboyo. Tepat pukul 12.00 WIB, rombongan berada di makam Sunan Pandanaran di kawasan Mugas. Untuk kemudian menuju makam KH Sholeh Darat dan para Habaib di kawasan Bergota.

Ada banyak pembelajaran yang diterima oleh para peserta. Saat berada di makam Sunan Pandanaran (Ki Ageng Pandanaran I). Warga diberi tahun siapa figur tokoh ini. Ki Ageng Pandanaran adalah pendiri Kota Semarang dan hidup di era Sembilan Wali. Hanya saja, Ki Ageng Pandanaran tidak masuk jajaran Sembilan Wali. Beliau juga ayah dari Sunan Pandanaran atau Sunan Bayat di Klaten.

Peserta juga belajar mengenal lebih dekat dengan Mbah Kyai Sholeh Darat. Hidup di periode 1830-1903, Mbah Sholeh Darat merupakan mahaguru beberapa pahlawan dan ulama nusantara. Dijuluki Imam Al Ghazali kecil, Mbah Sholeh Darat adalah seorang penulis dengan karya sekitar 40 kitab. Kitab-kitabnya tersebar. Bahkan menjadi panduan bagi banyak santri di nusantara hingga mancanegara.

Terlepas dari input sejarah dan kemeriahannya, Ziarah Syawalan Semarang tidak keluar dari esensinya. Wisata religi ini tetap mengumandangkan doa bersama dan bershalawat dengan iringan rebana. Kolaborasi positif ini menjadi daya tarik tersendiri. Aksesibilitasnya juga mudah karena jarak antar venue pendek dan peserta bisa membawa moda transportasi sendiri.

Mayoritas peserta mengandalkan sepeda motor dan mini bus sebagai alat transportasinya. Besarnya massa peserta membuat konvoi Ziarah Syawalan Semarang panjang mengular. Para peserta juga berasal dari beberapa kota di sekitar Semarang. Seperti Demak, Kudus, Solo, juga Kendal.

“Akses menuju makam udah dijangkau. Transportasi mengandalkan unit kecil karena kami larang bus besar. Faktor dan piranti keselamatan seperti helm tetap diutamakan. Melihat anemo besar ini, wisata religi ini bisa menjadi event besar. Tinggal pengemasannya saja yang diperbaiki. Bisa digelar dua hari dengan bazar dan lokasinya di Balaikota,” ujar Shafigh lagi.

Sementara, Panitia Ziarah Syawalan Semarang Habib Nauval Mutahar menjelaskan, event ini bagus untuk pariwisata Kota Semarang. Sebab, respon besar selalu diperlihatkan peserta, termasuk dari luar Semarang.

“Kami berharap sejarah tetap diuri-uri oleh setiap generasi. Melihat potensinya, event ini bisa menjadi wisata religi yang besar. Dibutuhkan sinergi dengan pemerintah dan perbaikan kemasan eventnya. Kami optimistis, event ini bisa menjadi agenda wisata religi unggulan di Semarang,” terang Nauval.

Related