Seperti Apa Tren Persaingan Bisnis ke Depan?

marketeers article

Membahas persaingan industri seakan tidak ada habisnya. Di dunia yang semakin canggih ini, persaingan bergerak sangat dinamis. Inovasi seakan terus bergerak dari satu merek ke merek yang lain. Konsumen pun saat ini diberikan banyak pilihan lantaran pelaku industrinya semakin banyak. Itulah fenomena yang tengah terjadi. Namun, seperti apa arah persaingan bisnis ke depannya?

Menurut studi yang dilakukan IBM, umumnya perusahaan yang kini memimpin sebuah pasar atau seorang inovator atau yang mereka sebut Torchbearers, salah satu karakter mereka adalah yang terdepan di teknologi dan sangat fokus kepada konsumen.

“Pemain tersebut umumnya tidak terlalu melihat kompetitor mereka. Jika fokus kepada kompetitor, akan muncul dari mana saja kompetitor itu. Berkat teknologi, kompetitor bukan hanya muncul dari industri yang sama saja tapi lintas industri. Tidak akan ada habisnya,” jelas Gunawan Susanto, Presiden Direktur IBM Indonesia kepada Marketeers saat ditemui di IBM Business Connect 2016 di Jakarta, Selasa (22/03/2016)

Menurutnya, pemain yang fokus terhadap konsumen akan cepat beradaptasi terhadap perubahan pasar. Apa pun perubahan konsumen, akan dengan cepat diketahui.

“Hal ini bisa menjadi tren bisnis ke depan. Bagaimana mendapatkan insight terkait konsumen? Teknologi cognitif adalah jawabannya. Dari sini, dapat diketahui tren ke depan ini apakah hanya hype, tren, atau hal yang sporadis. Teknologi ini memanfaatkan big data,” lanjut Gunawan.

Jika melihat ke belakang, banyak pemain yang melakukan segmentasi melalui usia, gender, atau lokasi untuk mendapatkan insight dari mereka. Namun, Gunawan merasa di era sekarang hal tersebut tak menunjukkan apa-apa.

Pelaku industri bisa mendapatkan insight lebih dari obrolan konsumen di media sosial (medsos) mereka. Kebiasaan, kesukaan, pengalaman, dan berbagai aktivitas konsumen dapat ditemukan di sini. Sayangnya, masih menjadi pertanyaan, berapa banyak pemain yang menggunakan medsos untuk menggali insight konsumennya?

Editor: Sigit Kurniawan 

Related