Serangan Siber ke Perusahaan di Asia Pasifik Masih Gencar

marketeers article
SIM cards for mobile phones in one stack leaning against the stack, gray card

Sebuah survei baru dari MIT Technology Review Insights, yang bekerja sama dengan Palo Alto Networks, mengungkap berbagai tantangan rumit yang dihadapi perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik dalam mengamankan jaringan dan sistem bagi pekerja jarak jauh di era setelah pandemi.

Di lanskap keamanan siber baru ini, melakukan inventarisir penuh akan aset-aset digital yang terhubung ke internet – dari laptop ke aplikasi cloud – dan mengubah kebijakan-kebijakan keamanan siber untuk lingkungan kerja jarak jauh modern saat ini bisa mengurangi risiko. Tapi, perusahaan-perusahaan juga harus paham akan berbagai tren dan tantangan keamanan siber yang ada di negara mereka. Banyak tantangan dan tren yang cukup unik bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Asia Pasifik.

Ada beberapa catatan dari laporan ini. Pertama, akan ada lebih banyak serangan. Lima puluh satu persen responden pernah mengalami serangan siber dari aset digital yang tidak mereka ketahui atau kelola, dan 16% mengatakan akan muncul serangan seperti itu. Tantangan-tantangan unik seperti kedewasaan siber yang bervariasi di wilayah ini dan ketidaksiapan untuk mengadopsi sistem kerja jarak jauh selama pandemi telah meningkatkan desakan untuk adanya strategi-strategi keamanan siber.

Kedua, pengamanan aset cloud menjadi prioritas. Empat puluh tiga persen responden melaporkan bahwa lebih dari separuh aset digital mereka berada di cloud. Didorong dengan peretas-peretas yang berdompet tebal dan terorganisir dengan baik dan sifat teknologi yang berevolusi dengan cepat memaksa perusahaan-perusahaan untuk mempertimbangkan berbagai cara dalam mengamankan lingkungan cloud dan memantau aset-aset digital.

Ketiga, eksekutif-eksekutif menaruh perhatian khusus pada keamanan siber. Perusahaan-perusahaan juga bisa mengurangi risiko dengan menambahkan keamanan siber ke dalam agenda para eksekutif level C. Saat ini, 68% responden mengatakan dewan direksi mereka akan meminta rencana pengelolaan serangan untuk keamanan siber tahun ini.

“Riset kami memperlihatkan 70% perusahaan melaporkan bahwa sebuah strategi pengelolaan cloud yang aman adalah penting dalam menghindari serangan-serangan keamanan siber. Dan, 67% responden menyadari bahwa pemantauan aset berkelanjutan menjadi dasar dari strategi tersebut,” kata Laurel Ruma, Editorial Director, MIT Technology Review Insights, Amerika Serikat.

Riset ini didasarkan pada sebuah survei multiindustri terhadap lebih dari 728 pengambil keputusan teknologi di banyak industri global, termasuk teknologi informasi, telekomunikasi, manufaktur, farmasi, layanan kesehatan, dan ritel. Survei ini melibatkan wawancara mendalam dengan berbagai perusahaan negara dan swasta di Asia Pasifik (22%), Eropa (38%), Amerika Utara (24%), serta Timur Tengah dan Afrika (13%).

    Related