Siapkah OTT Lokal Melawan Kedigdayaan OTT Asing?

marketeers article

Nama-nama seperti BBM dari Kanada, WhatsApp Amerika Serikat, LINE dan Kakao Talk Korea Selatan, WeChat Tiongkok, atau yang baru-baru ini Telegram asal Rusia sudah menjadi teman setia bagi kebanyak dari kita pengguna smartphone. Bisa dikatakan, jajaran perusahaan OTT (Over the Top) asing tersebut telah memiliki digdaya di Tanah Air.

Nama besar dan fanatisme yang mereka miliki di Indonesia, ternyata tidak membuat anak-anak Indonesia untuk turut bersaing dalam memberikan pelayanan di Indonesia. Sebut saja beberapa nama OTT lokal yang terus mengaung namanya, Catfiz, J-Spot, dan Sebangsa.

Ketiganya adalah buatan lokal dan telah menyatakan diri siap bersaing di pasar yang seksi ini. “Kami melihat ada peluang dan potensi. Penggunaan media sosial (medsos) di Indonesia sangat intens. Pengguna internet 100% menggunakan media sosial. Seharusnya kalau ada inovasi harus berangkat dari Indonesia untuk media sosial karena kita pengguna terbesar dan penggunannya juga paling intens. Dari situ kami buat platform medsos berpositioning yang bisa digunakan untuk bersaing dengan medsos yang sudah established,” jelas Founder & CEO Sebangsa, Enda Nasution pada ajang Jakarta Marketing Week 2016 di Mal Kota Kasablanka Jakarta, Kamis (12/05/2016)

Begitu juga yang dilakukan oleh J-Spot yang membangun sebuah diferensiasi melalui teknologi Augmented Reality (AR). Salah satu produk andalan J-Spot adalah Indonesia in Your Hand. Dengan teknologi AR, J-Spot menawarkan pengalaman digital yang mengesankan. Bagaimana tidak, dengan teknologi tersebut, para pengguna dapat merasakan pengalaman dunia virtual dan dunia nyata bergabung menjadi satu.

“Kami hadir untuk memberikan informasi untuk turis dan masyarakat lokal dengan teknologi AR. Setelah di Indonesia, kami telah mengembangkan produk kami di Australia dengan Australia in Your Hand dan Jerman dengan Europe in Your Hand. Penetrasi ini berkat kerjasama dengan diaspora di dua negara tersebut dan bertujuan untuk menjembatani pelaku ukm Indonesia dan buyer luar negeri,” jelas Amiranto Adi Wibowo, Chief Innovation Officer J-Spot dalam kesempatan yang sama.

Catfiz pun memiliki misi untuk menjadi lambang perusahaan OTT asal Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 2011, kini Catfiz telah memiliki sebanyak 4 juta pengguna dengan pengguna aktif sebanyak 1,8 juta. Catfiz mengaku bahwa peningkatan signifikan dari pencapaiannya tersebut berkat kekuatan dari word of mouth para penggunanya.

Ketiganya pun memiliki keunggulan dan diferensiasi masing-masing yang menarik untuk dijual. Ketiganya pun memiliki misi yang sama, yakni menggantikan posisi nama-nama besar perusahaan asing di atas. Apakah mereka akan berhasil? Anda jawabannya.

Related