Siloam Hospital Sasar Pasien Indonesia Yang Berobat ke Luar Negeri

marketeers article
Semester I 2022, Laba Bersih Siloam International Turun ke Rp 213 Miliar. (FOTO: Dok Siloam)

Tidak jarang kita mendengar berita dari rekan, teman, saudara, atau keluarga sendiri yang memutuskan untuk berobat di luar negeri ketimbang di rumah sakit yang ada di Tanah Air. Banyak masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan atas yang lebih percaya kualitas rumah sakit di luar negeri seperti Singapura, Australia, Penang (Malaysia), Tiongkok, hingga Jerman. Melihat fenomena tersebut, Siloam Hospital tengah berfokus untuk mengembalikan pasien-pasien tersebut dan memilih rumah sakit di Indonesia.

“Jumlah orang Indonesia yang berobat ke luar negeri luar biasa banyak. Menurut data yang kami temukan, terdapat sekitar Rp 20 triliun dalam setahun uang orang Indonesia yang keluar untuk melakukan medical tourism ke luar negeri,” ujar Andry, Direktur Operasional PT Siloam Hospitals International Tbk (Siloam) beberapa waktu lalu ketika ditemui di Lippo Village Tangerang.

Menurut Andry, alasan orang banyak berobat ke luar negeri lantaran banyak persepsi yang tersebar bahwa tenaga medis di Indonesia yang kerap salah diagnosa, dokternya bagus namun perawatannya kurang. Jadi, faktor kepercayaan dan pelayanan purna jual menjadi isu penting bagi rumah sakit di Indonesia. Penting bagi rumah sakit untuk melakukan follow up setelah pasien keluar dari rumah sakit. Andry pun menekankan, pentingnya memerhatikan titik sentuh pasien mulai dari berangkat menuju rumah sakit hingga pulang dari rumah sakit.

“Upaya promosi juga penting dilakukan. Saya mendengar berita dari teman orang Indonesia yang bekerja di Malaysia, pemerintah di sana menargetkan sekitar 20 juta orang Indonesia agar berobat di sana hingga 2020. Hingga saat ini, kira-kira tercatat sudah 450 ribu orang yang berobat di sana,” lanjut Andry.

Untuk itu, Siloam juga melakukan pengembangan mulai dari akreditasi sumber daya manusia, melengkapi peralatan kesehatan yang spesifik, dan membuat semacam rumah sakit spesialis. Direktur Siloam Grace Frelita menyebutkan bahwa salah satu kelemahan rumah sakit di Indonesia adalah layanan emergency. Informasi mengenai rumah sakit dari luar seringkali diandalkan oleh masyarakat tanpa mengetahui kualitas rumah sakit dalam negeri juga menjadi tantangan. Selain itu, Grace juga menggarisbawahi peran penting dari efisiensi biaya.

“Suka tidak suka, biaya rumah sakit harus bersaing. Jangan sampai terlalu tinggi dan harus terjangkau. Sebab itu kami lakukan efisiensi dengan banyak cara. Keunggulan lain yang kami miliki adalah akses Siloam Hospital ke masyarakat. Kami juga telah memakai standar pelayanan dari JCI (Join Commission International). Jadi, kami ingin menjadikan rumah sakit ini memiliki standar layanan JCI seperti SQ (Singapore Airlines), harga seperti McD,” imbuh Grace.

Sebagai pengakuan atas mutu yang tinggi, Siloam telah dianugerahi “Indonesia Best Practices Award: Indonesia Best Healthcare Service Provider 2015” oleh Frost and Sullivan atas konsistensinya dalam menjaga dan memberikan pelayanan berkualitas, sistem, efisiensi, produktivitas dan standar perawatan global. Bagaimana menurut Anda?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related