Sinergi Teknologi dan Budaya, Tren Strategi Marketing selama Ramadan

Momen Ramadan selalu menarik bagi para merek di seluruh dunia. Mengutip data yang dipublikasikan oleh Google, sebanyak 72% konsumen global melihat bulan Ramadan sebagai momen utama untuk mencari penawaran terbaik.
Di sisi lain, 78% pembeli menyatakan keterbukaan untuk mencoba merek baru selama periode ini. Temuan ini menyoroti semakin pentingnya strategi keterlibatan yang terarah dan inovatif untuk mewujudkan potensi transformatif di periode yang unik ini.
Merespons temuan ini, MMA Global Indonesia menggelar MMA Innovate Indonesia 2025. Acara ini menyoroti Ramadan sebagai peluang penting bagi bisnis. Periode ini menjadi peluang besar bagi bisnis untuk memahami perubahan perilaku konsumen, dan mengadaptasi strategi guna meraih pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Pergeseran perilaku konsumen selama Ramadan menandai perubahan yang signifikan dari cara merek dalam mendorong pertumbuhan,” kata Sutanto Hartono, Chairperson of MMA Global Indonesia dalam siaran pers, dikutip Kamis (23/1/2025).
BACA JUGA: Sambut Ramadan 2025, Ivan Gunawan Pamerkan Koleksi Prive Raya
Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam tentang preferensi konsumen selama Ramadan. Selain itu, tren penemuan digital selama Ramadan juga mengalami perubahan yang signifikan.
Salah satunya, integrasi kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu langkah strategis untuk memahami pola perilaku konsumen.
“AI memberdayakan merek untuk lebih memahami perilaku, memprediksi kebutuhan, dan memberikan pengalaman yang dipersonalisasi untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan serta menetapkan standar industri baru,” tambah Sutanto.
Sementara itu, Shanti Tolani, Country Head dan Board Member of MMA Global Indonesia, strategi seasonal marketing perlu memerhatikan sinergi antara teknologi dan keaslian budaya.
“Merek yang paling sukses adalah yang menciptakan paradigma baru. Kemajuan teknologi, khususnya peningkatan AI bisa berpadu dengan keaslian budaya hidup berdampingan selama Ramadan,” jelas Shanti.
Shanti menambahkan bahwa Ramadan bukan hanya soal penerapan teknologi, tetapi juga soal menghormati nilai-nilai sakral yang melekat pada periode ini. Teknologi digunakan untuk menciptakan pengalaman yang relevan dan bermakna bagi konsumen.
Pergeseran ini juga mendorong merek untuk menciptakan hubungan yang lebih autentik dengan konsumen. Hal ini dilakukan melalui penggabungan data, wawasan budaya, dan pendekatan yang personal.
Dalam konteks ini, Ramadan menjadi waktu yang strategis untuk merefleksikan pendekatan bisnis. Merek yang berinvestasi dalam teknologi seperti AI sekaligus menjaga relevansi budaya memiliki peluang besar untuk memimpin pasar.
BACA JUGA: Pola Perilaku Konsumen dalam Membeli Produk Selama Ramadan
Dengan demikian, Ramadan tidak hanya menjadi momentum belanja bagi konsumen, tetapi juga momen strategis bagi merek untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan melalui teknologi yang tepat dan pendekatan yang menghormati nilai-nilai budaya.
“Ini bukan sekadar tentang teknologi baru, ini tentang menata ulang cara kita terhubung dengan konsumen,” tutup Shanti.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz