Storytelling Jadi Kunci Pemasaran Makanan Minuman di Indonesia

marketeers article
Hands holding smartphone mobile cellphone over different types of gourmet takeout, food delivery order app application concept

Industri Food and Beverage (F&B) merupakan industri yang dinamis dan cepat berubah. Terlebih saat ini pelaku usaha F&B dituntut terus berinovasi dengan teknologi. Teknologi diyakini dapat mempercepat peningkatan produktivitas.

Hal ini diamini oleh beberapa pelaku di industri F&B, Mad Bagel dan Mookie. Mad Bagel yang didirikan oleh Anika beserta sang kakak, Putri, pada tahun 2018, fokus menjual serangkaian produk roti dalam bentuk bagel. Bisnis yang awalnya merupakan bisnis sampingan ini pada akhirnya memaksa mereka untuk memberikan dedikasi penuh pada Mad Bagel. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan konsumen.

Bagi Anika, langkah awal yang perlu dilakukan untuk memulai bisnis kuliner adalah melakukan riset tentang produk yang unik dan otentik. Alasannya, produk yang unik dan otentik bisa dipasarkan dengan mudah karena persaingan yang masih longgar. Bagel bukanlah produk yang jamak dipasarkan di Jakarta.

Awalnya, Mad Bagel memanfaatkan teknologi penjualan e-commerce dan layanan pesan antar online. Sejak saat itu, pesanan produk kulinernya meningkat drastis, tak hanya dari Jabodetabek, tetapi juga dari luar Pulau Jawa.

Penggunaan teknologi menjadi salah satu fokus utama pemasaran Mad Bagel dari awal hingga saat ini. Anika mengakui peningkatan penjualan memang tak terlepas dari upaya pemanfaatan teknologi digital dalam memasarkan produknya. Ia berhasil memanfaatkan media sosial Instagram untuk memasarkan produk roti asal Eropa Timur tersebut.  Kini Mad Bagel memiliki tiga outlet dengan omzet lebih dari Rp 160 juta per bulan.

“Di era digital, pemasaran via media sosial sangat membantu, khususnya Instagram. Kami posting foto yang membuat orang tergiur dan bikin lapar. Kemasan juga penting supaya orang mau makan dan mau foto dan akhirnya jadi promo gratis. Untuk penjualan online, kami masuk e-commerce, website, dan layanan pesanan antar online,” ungkap Anika pada acara Jurnal Entrepreneur pekan lalu.

Hal serupa dilakukan oleh Priyanda Adwito, Co-Founder & COO Mookie, produsen kue. Baginya, konsep unik dan otentik menjadi syarat wajib. Untuk Mookie, hal ini diperdalam dengan penambahan konsep story-telling. Seluruh produk Mookie dikemas dengan konsep ‘Mookie Stories’, yaitu makhluk dari luar angkasa yang memiliki semestanya sendiri.

Mookie bertekad menyebarkan kebahagiaan melalui cookies untuk mengurangi tingkat stres manusia di bumi. Konsep story-telling ini menjadi strategi pemasaran Mookie untuk memperluas jangkauan pemasaran produknya

Selain story-telling, Mookie juga memanfaatkan pemasaran via online di media sosial Instagram. Hasilnya, pemasaran berjalan lancar hingga membuahkan akumulasi penjualan yang signifikan. Perkembangan bisnis yang menjanjikan membuat Priyanda bersama istrinya juga berekspansi ke kanal e-commerce dan layanan pesan antar online.

“Kanal pemasarannya tak hanya Instagram, tetapi juga endorsement dan kolaborasi dengan influencer atau perusahaan yang lebih besar. Kami juga melakukan pemasaran dengan gimmick tertentu sesuai dengan platform digital,” tutup Priyanda.

Editor: Sigit Kurniawan

 

    Related