Strategi Batavia PIK Tampil jadi Pusat Budaya lewat Batavia Tales

marketeers article
Pertunjukan perdana Batavia Tales. (FOTO: Batavia PIK)

Batavia PIK berkolaborasi dengan sutradara sekaligus penulis naskah, Mia Johannes atau mhyajo, mempersembahkan Batavia Tales, sebuah pertunjukan musikal yang mengangkat kisah Batavia pada abad ke-19 dalam format tetralogi atau empat rangkaian cerita.

Mengusung pendekatan modern, Batavia Tales menjadi langkah awal pengembangan Batavia PIK sebagai wadah untuk melestarikan seni budaya Indonesia serta merayakan keberagaman.

Anwar Salim, Director of Operating Units Amantara, menjelaskan bahwa Pantai Indah Kapuk (PIK) kini dikenal bukan hanya sebagai destinasi kuliner, tetapi juga diharapkan menjadi pusat budaya yang menawarkan pengalaman lebih beragam.

“Melalui Batavia Tales, kami berharap dapat menghadirkan hiburan berkualitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung dari berbagai kalangan dan usia,” jelas Anwar dalam siaran pers kepada Marketeers, Senin (21/4/2025).

Batavia Tales menghadirkan empat episode yang berkisah tentang delapan karakter fiktif, berlatar tahun 1890 hingga 1910 pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Setiap episode mengangkat sudut pandang dua karakter utama dengan tema yang beragam, mulai dari percintaan, persahabatan, perjuangan, hingga petualangan.

BACA JUGA: Perayaan Imlek ala Soirée Rooftop Bar, Suguhkan Pertunjukan Drone

Cerita dibuka dengan episode bertajuk The Whispers of Batavia, yang mengisahkan percintaan Ahmad Rahman Marzuki, seorang cendekiawan keturunan Aceh-Jazirah, dan Mei Lian Kang, perempuan muda keturunan Tionghoa Indonesia.

Hubungan keduanya diuji oleh politik pemisahan etnis yang diberlakukan pemerintah kolonial Belanda sejak era VOC. Melalui interaksi antar tokoh dan adegan, karya ini membahas percampuran budaya, kondisi sosial, perjuangan rakyat, hingga harapan akan kebebasan.

Tiga episode selanjutnya—Whimsical Batavia, Echoes of Batavia, dan Sailing of Batavia—menghadirkan kisah penuh legenda Nusantara, semangat nasionalisme, dan petualangan maritim.

Setiap episode dirancang untuk membangkitkan rasa penasaran lewat alur cerita yang dinamis, visual yang memikat, serta sentuhan artistik yang memperkaya pertunjukan.

Menurut mhyajo, cerita ini bukan hanya merefleksikan masa lalu, melainkan juga membawa nilai-nilai sejarah dan budaya Nusantara ke dalam konteks yang relevan bagi generasi masa kini.

“Inspirasi pertunjukan ini banyak diambil dari atmosfer Batavia PIK, seperti Jembatan Kota Intan, kanal-kanal dengan kapal yang melintas, replika Kapal Phinisi, hingga Pasar Rakjat yang semarak, yang kemudian diolah menjadi latar visual dan naratif dalam cerita,” ungkapnya.

Produksi Batavia Tales sendiri telah melalui proses panjang sejak 2024, diawali dengan riset sejarah, penulisan naskah, audisi terbuka, hingga pelatihan intensif.

Para seniman yang terlibat berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa dan Sumatra, mencerminkan komitmen Batavia PIK untuk menjadi ruang terbuka bagi perkembangan seni dan budaya.

Pertunjukan ini sekaligus menjadi tonggak awal program budaya berkelanjutan di Batavia PIK. Ke depannya, kawasan ini diharapkan menjadi ruang kolaboratif yang terkurasi bagi para pelaku seni untuk berkarya dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke audiens yang lebih luas.

BACA JUGA: Batavia PIK, Padukan Arsitektur Kolonial dengan Elemen Kontemporer

Untuk menambah semarak suasana, selama periode long weekend, Batavia PIK juga menghadirkan dancing water show yang berlangsung di sepanjang Jembatan Kota Intan.

Water Fountain Show. Sumber: Batavia PIK

Tarian air mancur yang berkolaborasi dengan musik dan permainan cahaya ini berhasil menarik perhatian lebih dari 40.000 pengunjung, menjadi pembuka sempurna sebelum menikmati magisnya pertunjukan Batavia Tales.

Pertunjukan Batavia Tales terbuka untuk umum dan digelar setiap weekend, pukul 19.00 WIB di Alun alun Batavia PIK. Lebih dari sekadar hiburan, seluruh rangkaian acara ini dilakukan untuk memperkuat posisi Batavia PIK sebagai destinasi wisata budaya, rekreasi, dan kuliner dalam satu kawasan ikonik di Jakarta.

Editor: Eric Iskandarsjah Z

Related

award
SPSAwArDS