Strategi Dusaspun Jaga Cash Flow

marketeers article
Close-up Of A Businesspersons Hand Calculating Invoice At Workplace

Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia, pada kuartal pertama tahun 2020, terjadi peningkatan yang cukup baik untuk permintaan semen sebelum turun pada April dan Mei. Kendati demikian, penurunan pun tidak signifikan karena terbantu dengan ekspor. Namun, tampak kontraksi pada suplai produksi, utamanya untuk semen sepanjang Mei 2020 dengan average utility semen kurang dari 60%.

Di situasi yang sulit saat ini, selain semen, produksi keramik dan besi juga menunjukkan angka yang cukup rendah yaitu sekitar 30% untuk keramik dan 20-30% untuk besi. Hal tersebut menunjukkan penurunan konsumsi dari sektor konstruksi. Para pelaku di industri ini pun kemudian melakukan berbagai upaya bertahan, salah satunya PT Duta Sarana Perkasa (Dusaspun).

“Industri ini mengalami penurunan karena banyaknya proyek yang kemudian harus berhenti. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah yaitu PSBB. Pembatasan kegiatan kemudian membuat kami mengalami kesulitan untuk mengirimkan pesanan kami,” ungkap Direktur Utama Duta Sarana Perkasa (Dusaspun) Nyoto Irawan pada acara Industry Roundtable Surviving The COVID-19 Preparing The Post, Construction Industry Perspective.

Sebagai produsen material konstruksi, Dusaspun kemudian menyiapkan strategi. Untuk bertahan di situasi sulit ini, Dusaspun menekankan fokus pada cash flow. Berikut strategi cash flow yang diterapkan Dusaspun.

Review Sales Projection dan Cash Inflow

“Kami melakukan review bulanan terhadap proyeksi penjualan dan cash inflow. Untuk cash inflow sendiri menjadi bagian yang cukup dilematis bagi kami. Karena, dengan kondisi saat ini ketika kami mendapatkan pesanan, kami tidak bisa melakukan pengiriman karena adanya PSBB. Sehingga proyek-proyek yang ada pun untuk sementara berhenti,” ujar Nyoto.

Hal tersebut kemudian berpengaruh pada pendapatan mereka. Pasalnya, ketika mendapatkan pesanan, cash inflow baru bisa didapat ketika barang diterima oleh konsumen. Ketika PSBB berlaku dan sejumlah perusahaan ditutup, perusahaan tidak bisa mendapatkan pembayaran. Karena, dalam beberapa pemesanan contohnya besi, pembayaran yang dilakukan adalah cash.

Mengimplementasikan Just-In-Time Production

Perusahaan harus memastikan jumlah pesanan di lapangan. Produksi akan menyesuaikan dengan jumlah pesanan sehingga tidak memakan lebih banyak cash flow milik perusahaan. Dan juga harus dipastikan bahwa ketika pengiriman barang dilakukan, perusahaan bisa mendapatkan pembayaran langsung.

Optimalkan Karyawan

Untuk menyeimbangkan strategi yang digunakan perusahaan dalam upaya bertahan di masa sulit. Maka perusahaan harus mengoptimalkan karyawan, namun perlu diperhatikan pengoptimalan ini tidak boleh mengganggu operasional perusahaan.

“Kami melakukan pembagian waktu kerja untuk produksi. Karyawan terbagi dalam beberapa shift. Sehingga mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan,” pungkas Nyoto.

Meminimalisir pengeluaran Non Esensial

Pembelian di luar kebutuhan operasional yang penting harus dikurangi untuk menjaga cash flow tetap terjaga. Perusahaan harus pandai menyimpan dan menggunakan cadangan cash flow. Terlebih di tengah situasi saat ini, banyak yang memperkirakan perusahaan-perusahaan hanya mampu mencukupi operasional hingga Juni 2020.

Semua strategi yang dilakukan bertujuan menjaga cash flow yang sehat. Karena, tanpa ada cash flow yang sehat maka sulit bagi perusahaan untuk bertahan. Terlebih lagi dengan penurunan proyek dari berbagai pembangunan. Perusahaan harus pandai membaca situasi dan mencari peluang baru.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related