Strategi Kelas Menengah Hadapi Fenomena Duck Syndrome

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Fenomena duck syndrome atau sindrom bebek agaknya makin relevan di tengah tekanan sosial dan ekonomi yang dihadapi kelas menengah Indonesia. Istilah ini menggambarkan kondisi saat seseorang terlihat tenang dari luar, namun sebenarnya berjuang di bawah permukaan.

Anisa Dwi Utami, Pakar Ekonomi dari IPB University menyebut fenomena duck syndrome sebagai cerminan nyata dari kompleksitas tantangan yang dihadapi kelompok kelas menengah saat ini.

“Banyak individu dari kelas menengah yang merasa harus terus tampil sukses dan bahagia, meski di balik itu mereka menghadapi tekanan emosional dan finansial yang berat,” kata Anisa, dikutip dari ipb.ac.id, Rabu (23/4/2025).

BACA JUGA: Rekomendasi Aplikasi untuk Split Bill, Anti Ribet!

Menurutnya, ekspektasi tinggi dari keluarga, persaingan dalam dunia akademik dan profesional, serta tekanan dari media sosial membuat banyak orang merasa terjebak dalam keharusan untuk tampil sempurna. Selain tekanan sosial, Anisa menilai kelas menengah juga tengah menghadapi tantangan ekonomi yang tidak ringan.

Inflasi yang tinggi, terutama pada harga pangan seperti beras, telah memaksa banyak orang untuk mengalokasikan pendapatan demi memenuhi kebutuhan pokok. Anisa juga mencatat meningkatnya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pergeseran ke sektor informal turut memperburuk situasi.

Sayangnya, keterbatasan akses terhadap dukungan psikologis dan stigma kesehatan mental membuat beban itu disembunyikan. Menghadapi tekanan ganda ini, Anisa pun menekankan pentingnya strategi konkret supaya kelas menengah bisa menyelamatkan diri dari jeratan duck syndrome dan menjaga stabilitas finansial. Berikut beberapa strategi yang ia sarankan:

BACA JUGA: Jual 5 Barang Ini jika Butuh Pemasukan Tambahan dengan Cepat

Tingkatkan Literasi Keuangan

Memahami cara mengelola keuangan secara efektif merupakan langkah awal yang penting. Membuat anggaran bulanan, mencatat pengeluaran, serta meninjau kembali kebutuhan versus keinginan adalah kunci untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Prioritaskan Tabungan dan Kebutuhan Pokok

Dalam situasi tidak menentu, memprioritaskan kebutuhan dasar dan menyisihkan dana darurat harus menjadi kebiasaan utama. Dengan tabungan yang cukup, tekanan finansial dapat sedikit dikurangi.

Diversifikasi Sumber Penghasilan

Mengandalkan satu sumber pendapatan di tengah ketidakpastian ekonomi bisa sangat berisiko. Mencari peluang tambahan, baik dari usaha sampingan maupun pekerjaan lepas, dapat menjadi solusi untuk menambah kestabilan ekonomi keluarga.

Kembangkan Keterampilan Baru

Meningkatkan kemampuan diri melalui pelatihan atau kursus bisa membuka peluang baru di dunia kerja. Hal ini juga bia memperbesar kemungkinan untuk beralih ke sektor yang lebih stabil atau bahkan menciptakan peluang usaha sendiri.

Sadar dan Peduli pada Kesehatan Mental

Menyadari pentingnya kesehatan mental dan tidak ragu untuk mencari bantuan profesional adalah langkah penting. Tidak semua masalah harus disimpan sendiri, dan dukungan yang tepat bisa menjadi penyelamat di tengah tekanan.

“Dengan kombinasi antara pengelolaan keuangan yang bijak dan pengembangan diri yang berkelanjutan, masyarakat kelas menengah akan lebih siap menghadapi tekanan, baik secara sosial maupun ekonomi,” tutur Anisa.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS