Strategi Kompetisi Bisnis Sigfox di Pasar IoT Indonesia

marketeers article

Perusahaan IoT Sigfox siap menjajal kompetisi bisnis di pasar IoT Indonesia. Tak mau berebut kue pasar yang sama dengan pemain bisnis IoT yang lebih dulu masuk ke Indonesia, Sigfox bermain di ranah Low Power Zero G (0G).

Berbeda dengan solusi IoT yang ditawarkan operator telekomunikasi secara umum, Sigfox bermain di ranah non-cellular base. Mereka menyasar segmen Low Power Wide Area (LPWA) dengan data rate kurang dari 600 bps.

Menurut CEO Sigfox Indonesia Johnny Swandi Sjam, segmen pasar yang disasar Sigfox justru memiliki kue pasar paling besar. Pasalnya, para pemain besar yang didominasi oleh operator telekomunikasi lebih banyak menyasar segmen 3G, 4G, hingga 5G.

Sigfox menyasar target pasar Business-to-Business (B2B) maupun Business-to-Consumer (B2C). Untuk B2B, layanan Sigfox dapat digunakan di berbagai sektor. Mulai dari sektor agrikultur, properti, pertanian, perikanan, dan sektor lain.

“Sebagai contoh, penggunaan IoT untuk memantau suhu pada green house ataupun pemberian pakan ikan. Sementara, layanan B2C dapat digunakan untuk tracking kendaraan, keamanan rumah maupun individu,” jelas Kurnijanto Sanggono, CMO and Government Relation Sigfox Indonesia di Jakarta, Selasa (18/02/2020).

Seorang ibu misalnya, dapat melakukan tracking keberadaan anak-anak mereka. Posisi keberadaan anak tersebut dapat terawasi menggunakan layanan IoT yang dimiliki Sigfox.

“Jadi, kami bermain di skala segmen yang berbeda dengan pemain-pemain lain. Belum ada kompetitor yang apple to apple dengan bisnis kami di Indonesia,” ujar Kurnijanto bersama Johnny.

Pada tahap pertama, jaringan IoT 0G Sigfox akan diluncurkan di sekitar area Jakarta dan Bandung. Dua perangkat sensor perdana yang akan mereka luncurkan adalah Personal Tracker (pelacak kendaraan pribadi dan industri), dan Wallet Tracker (tanda pengenal karyawan yang dapat dipantau melalui aplikasi).

Sigfox juga berupaya membangun ekosistem IoT melalui kolaborasi dan penandatanganan MoU dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Bentuk kemitraan ini dilakukan untuk mengembangkan ekosistem Sigfox dan mendukung pengembangan aplikasi dan pembuat perangkat di Indonesia.

Jika kerjasama ini berjalan, Johnny memastikan, Tingkat Komponen dalam Negeri (TKDN) Sigfox akan mencapai 100%.

“Melalui peluncuran resmi, kami berfokus menciptakan sistem IoT yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat Indonesia dan menjawab kebutuhan dari berbagai sektor industri. Kami mendorong semua orang untuk siap, bersemangat dan mampu memanfaatkan teknologi yang terus berkembang,” tutup Johnny.

Related