Strategi Krakatau Steel Hadapi Kenaikan Tarif Impor Baja AS

marketeers article
Ilustrasi pabrik pipa baja. Sumber gambar: 123rf

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada akhir Mei 2025 mengumumkan peningkatan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%. Kebijakan proteksionis yang dikenal sebagai Tarif Trump 2.0 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi industri baja global, termasuk bagi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Sejak penerapan tarif pertama pada 2018, Krakatau Steel sudah merasakan dampak perlambatan ekspor ke pasar AS. Kendati demikian, AS bukan pasar utama bagi baja Indonesia yang mayoritas mengekspor ke Asia Tenggara, Jepang, dan Timur Tengah.

BACA JUGA: Jalin Kesepakatan dengan 23 Mitra, Krakatau Steel Pasok 38.500 Ton Baja per Bulan

Kenaikan tarif ini, meski memperketat akses ke pasar AS, justru mendorong Krakatau Steel Group dan pelaku industri baja nasional untuk semakin fokus memperkuat daya saing dan memperluas pasar di kawasan regional dan global. Perusahaan dengan kode emiten KRAS ini menyikapi kebijakan baru AS dengan optimistis dan strategi yang adaptif.

Akbar Djohan, Direktur Utama Krakatau Steel menjelaskan, untuk menghadapi kenaikan tarif, diversifikasi pasar menjadi prioritas utama. Dengan memperkuat jaringan pasar di Asia Tenggara (ASEAN), Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika.

BACA JUGA: Krakatau Steel dan Baowu Group Jalin Kerja Sama Senilai US$ 1,2 Miliar

Krakatau Steel berupaya mengurangi ketergantungan pada pasar yang rawan perubahan kebijakan proteksionis. Pasar-pasar ini memiliki kebutuhan baja yang terus tumbuh, seiring dengan perkembangan infrastruktur dan industri di kawasan.

“Kami fokus mengembangkan produk baja bernilai tambah tinggi maupun peningkatan produksi domestik dengan mengembangkan industri hilir baja dan aluminium, maupun inovasi produk lainnya, seperti baja khusus untuk otomotif, konstruksi berkelanjutan, dan teknologi tinggi, serta dapat meningkatkan daya saing serta membuka peluang di segmen pasar premium yang lebih stabil dan kurang sensitif terhadap harga,” kata Akbar melalui keterangan resmi, Senin (9/6/2025).

Hal yang tidak kalah penting, peningkatan efisiensi produksi dan penggunaan teknologi modern menjadi kunci untuk menekan biaya produksi. Dengan mengadopsi teknologi industri 4.0 dan proses manufaktur yang ramah lingkungan, Krakatau Steel berkomitmen menjaga kualitas produk sekaligus menekan dampak lingkungan.

Sementara itu, Faisol Riza, Wakil Menteri Perindustrian menambahkan, Krakatau Steel memegang peran sangat strategis dalam memperkokoh pondasi industri baja nasional. Dengan peningkatan kapasitas produksi dan inovasi produk, perusahaan ini tidak hanya membantu memperkuat ketahanan rantai pasok domestik tetapi juga membuka peluang ekspansi pasar di kawasan regional.

Pemerintah Indonesia juga memainkan peran strategis dengan mendorong kebijakan perdagangan yang proaktif. Melalui kerja sama regional seperti ASEAN dan perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA), pemerintah berupaya memperluas akses pasar bagi produk baja Indonesia. Selain itu, dukungan insentif untuk peningkatan teknologi dan hilirisasi industri baja di dalam negeri menjadi bagian dari upaya memperkuat industri nasional.

“Pemerintah dan Krakatau Steel perlu terus memantau kebijakan perdagangan global dan respons negara-negara mitra dagang AS, agar dapat merespons secara cepat dan strategis terhadap perubahan dinamika pasar,” ujarnya.

Related

award
SPSAwArDS