Strategi Mengoptimalkan Potensi Ruang Iklan di Commuter Line

marketeers article
56895745 a train scene look through a hole of a hanging handrail

PT KAI Commuter Jabodetabek tiap harinya mengangkut sekitar 850.000 penumpang. Sadar akan potensi yang ada, M.N Fadhila selaku Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek, memanfaatkan beragam ruang yang ada di dalam dan luar gerbong kereta sebagai sarana beriklan yang efektif bagi para merek.

“Kami menawarkan branding eksterior dan interior. Saat peak hour, kami membawa 3.000 orang dalam durasi 1-1,5 jam. Ada 3.000 penumpang dipaksa melihat apa yang ada di dalam kereta, semacam cuci otak. Itu keunggulan space iklan interior yang kami punya,” jelas Fadhila.

Beragam usaha dimulai oleh Commuter Line untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Mulai dari kemasan hinga segmentasi diciptakan untuk menciptakan ruang beriklan yang efektik. Fadhila bersama anak buahnya melakukan proses saring terhadap merek-merek yang ingin beriklan di Commuter Line.

“Semua boleh beriklan, hanya saja kontennya kami saring. Tidak semua konten bisa tampil,” tegas Fadhila.

Konten-konten yang bermuatan pornografi, tampilan rokok secara visual, dan kekerasan merupakan konten yang mentah-mentah ditolak oleh Commuter Line. Fadhila menyadari bahwa penumpangnya berasal dari banyak kalangan, gender, dan umur.

Fadhila mencontohkan bahwa di gerbong khusus wanita sebenarnya bila ingin menampilkan iklan bra sah-sah saja, karena isinya perempuan. Namun, Commuter Line menolak menampilkan konten seperti itu, walaupun sasaran marketnya tepat.

“Kami tidak mau, karena ada perempuan yang menggunakan hijab, selain itu semua perempuan memiliki cara pandang yang berbeda terkait hal seperti ini. Kami saring supaya bisa diterima oleh semua,” terang Fadhila.

Musim pemilihan kepala daerah seperti saat ini membuat banyak calon kepala daerah yang ingin memasang iklan di rangkaian Commuter Line. Lagi-lagi tawaran ini ditolak, Fadhila menegaskan ada beberapa hal yang membuat mereka menolak hal tersebut.

“Kami tidak mau berpihak pada siapa pun. Uangnya juga lumayan sih, tapi kami tidak mau. Ada hal yang lebih dari sekadar pendapatan saja,” pungkas Fadhila.

Editor: Sigit Kurniawan

Related