Strategi Salesperson untuk Menyiasati Kegagalan dan Penolakan

marketeers article
Sumber: 123RF

PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial and Trading PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang perdagangan olahan minyak dan gas bumi (migas) memiliki banyak jaringan yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Dengan demikian, peran salesperson perusahaan sangat kritikal di sini. 

Pasalnya, merekalah yang berperan menjual produk perusahaan, sehingga akhirnya memiliki banyak jaringan yang tersebar di seluruh wilayah. Meski begitu, para salesperson Pertamina Patra Niaga tentunya pernah mengalami kegagalan. 

Lantas, bagaimana cara mereka mengatasi kegagalan tersebut? Wilson Eddi Wijaya, Sales Area Manager Retail Sulawesi Utara & Gorontalo Pertamina Patra Niaga mengungkap kegagalan itu bukanlah hal mencemaskan karena di baliknya ada yang bisa diperbaiki dan disempurnakan kembali.

BACA JUGA: Beli Kapal Baru, Pertamina Berhasil Raih Pendanaan US$ 185 Juta

Menurutnya, kegagalan itu bisa terjadi karena berbagai macam faktor. Mungkin saja karena kondisi perubahan pasar, kebutuhan konsumen, dan perilaku konsumen sehingga cukup sulit untuk mencapai target.

“Dari situ, kita bisa memahami bahwa ternyata ada faktor lain lagi yang harus diperhatikan. Bahwa, setiap permasalahan yang datang, pasti ada sesuatu yang belum terukur sebelumnya, belum dipetakan, dan belum dimitigasi,” kata Wilson.

Ia menegaskan pikiran negatif harus selalu dibuang. “Kalau kita membangun pikiran yang positif, yang dicari pasti bukan penyebabnya saja, namun cara penyelesaiannya sesegera mungkin,” tuturnya.

BACA JUGA: Bosan? Yuk Mampir di Booth Pertamina IIMS 2023

Menurut Wilson, ada beberapa langkah untuk mengubah penolakan-penolakan menjadi lead. Pertama, jangan takut untuk gagal. 

Menurutnya, hal ini akan memunculkan mindset negatif. Kedua, mengantisipasi risiko. Risiko mendapat penolakan, misalnya, harusnya sudah lebih dulu diantisipasi sebelum itu terjadi.

Terkait dengan bahan bakar minyak (BBM), misalnya, bisa jadi masyarakat enggan mengeluarkan biaya lebih mahal untuk BBM jenis tertentu. Hal ini sudah bisa diantisipasi dengan menggunakan komunikasi pemasaran yang lebih mudah dimengerti. 

Dengan komunikasi yang simpel dan persuasif, pesan penjualan bisa akan lebih diterima.

“Cerita dengan bahasa yang lebih sederhana, tidak perlu terlalu teoritis. Masyarakat ini latar belakangnya berbeda-beda. Ada yang tidak perlu dijelaskan terlalu berbelit-belit. Dengan bahasa simpel saja, pelan-pelan, mereka akan lebih mudah mengerti,” kata Wilson.

Ketiga, mau belajar. Belajar dari tim, orang lain, dan mau belajar melalui kondisi pasar yang berubah-berubah. Pasalnya, setiap waktu dan tempat, informasi dan ilmu yang didapatkan pasti akan berbeda-beda. Dengan demikian, usahakan untuk terus belajar dan jangan takut untuk gagal.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related