Strategi Tobatenun Merevitalisasi dan Melestarikan Kain Ulos

marketeers article
Koleksi Kayu & Kosmos yang diperagakan pada fashion show Parompuan dan Ulos, Rabu (19/10/2022). | Foto: Tobatenun

Tobatenun merayakan Hari Ulos Nasional dengan peragaan busana bertajuk Parompuan dan Ulos, Rabu (19/10/2022) lalu. Berlokasi La Moda, Plaza Indonesia, Jakarta acara ini didukung Bank Mandiri dan Plaza Indonesia serta berkolaborasi dengan Wardah, Tulola, dan Christin Wu.

Kerri Na Basaria, Founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtera menuturkan bahwa acara ini merupakan wujud dari komitmen perusahaan dalam merevitalisasi dan melestarikan kain Ulos. Selain itu, mereka juga ingin memberikan apresiasi Partonun Ulos atau para perempuan penenun ulos yang terus menjaga warisan budaya.

Kain Ulos merupakan salah satu wastra Indonesia yang memiliki potensi budaya dan ekonomi. Karena itu, membangun ekosistem Ulos merupakan hal yang penting untuk dapat merevitalisasi dan melestarikannya.

Pemberdayaan komunitas Partonun yang berada di pedesaan memiliki potensi untuk berkembang dan maju dengan memanfaatkan budaya-budaya lokal. Alhasil, produk yang dihasilkan tidak hanya bernilai seni tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi.

“Sejak tahun 2018, kami terus berupaya membangun dan memperkuat ekosistem Ulos dengan memberdayakan para pelaku usaha melalui berbagai program edukasi, pelatihan dan pendampingan. Hingga saat ini, kami telah memiliki 200 mitra, yang terdiri dari 174 penenun, 10 penjahit, tiga pangikat, lima panirat, tiga natural dye specialist, dan lima mitra UKM,” jelas Kerri dalam pernyataan resmi yang diterima Marketeers.

Tahun ini, pada perayaan Hari Ulos Nasional, Tobatenun memperkenalkan koleksi couture pertama mereka yaitu Kayu & Kosmos. Koleksi ini terdiri dari 17 siluet untuk perempuan dan laki-laki hingga aksesorinya.

Tobatenun mengambil inspirasi dari dewa-dewa Batak Kuno yang biasanya terukir di ruma bolon sebagai doa-doa perlindungan. Selain itu juga mereprentasikan tradisi kosmologis yang kaya pada tradisi Toba sebelum masa kolonisasi.

Koleksi kali ini menggunakan pewarnaan alam mulai dari indigo (biru), tingi (merah kecokelatan), dan jior (cokelat tua). Untuk bahan, Tobatenun memadukan kain serat bemberg, linen, dan katun.

Melalui koleksi ini, Tobatenun ingin mengangkat seni pahatan pada tradisi Batak Toba yang terlupakan. Seni ukir atau pahatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Toba. Dengan mengangkat seni ini, harapannya dapat menjadi langkah untuk menghidupkannya kembali.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related