Pasar Feature Phone Menciut, Asiafone Berubah Jadi HiCore

profile photo reporter Jaka Perdana
JakaPerdana
01 September 2016
marketeers article
53961734 rebrand change identity branding style image concept

Merek Indonesia bernama Asiafone boleh saja dulu mengatakan bahwa pasar feature phone andalan mereka masih punya pangsa. Namun, pada tahun 2016 ini, bahkan dari beberapa tahun terakhir, pasar feature phone terus menciut. Alasannya sudah jelas, perangkat bernama smartphone sudah menggantikan feature phone yang sudah ketinggalan zaman tersebut. Tidak ada alasan lagi merek untuk terus memproduksi feature phone.

Hal itu dirasakan betul oleh Asiafone. Betapa feature phone sudah hampir tamat adalah alasan utama mengapa kini mereka meninggalkannya dan mengubah nama menjadi HiCore.

“Asiafone adalah kisah lama. Sekarang kami hadirkan brand baru bernama HiCore untuk memproduksi smartphone,” ujar Presiden Direktur HiCore Mobile Herman Zhou di Jakarta pada Kamis (1/9/2016).

Asiafone sendiri sudah berjalan selama delapan tahun dengan memproduksi banyak jenis feature phone, bahkan di kala smartphone sudah booming di Indonesia. Dan mengapa Herman tidak meneruskan brand Asiafone dan malah mengubah nama merek menjadi HiCore?

Menurutnya, Asiafone sudah sangat kental sekali brand image-nya dengan feature phone. Untuk maju kembali memproduksi smartphone dengan nama Asiafone adalah sebuah jalan terjal dan dirasa terlalu berat. Maka untuk mengubah imej itu, Herman lebih memilih memakai nama baru HiCore yang benar-benar ditujukan untuk memproduksi smartphone.

Secara nama, merek HiCore adalah nama baru. Namun untuk jaringan penjualannya, HiCore akan memanfaatkan gerai-gerai ritel yang dulu digunakan untuk menjual produk Asiafone. Herman menjanjikan bahwa nantinya di setiap gerai akan tersedia meja untuk memajang dan mencoba produk HiCore, lengkap dengan supervisor untuk bertanya-tanya bernama promotor.

Baru dua produk yang dirilis bersamaan dengan kelahiran merek baru ini, yaitu HiCore Play Z5 dan Lens DC1. Ditargetkan dalam satu bulan pertama masing-masing varian bisa terjual sampai 30.000 unit. Angka itu adalah angka perkenalan karena dalam beberapa bulan lagi HiCore berniat untuk merilis lini produk lagi sekaligus empat varian, di mana tiga diantaranya memiliki fitur 4G. Yang dua varian paling awal saat ini memang belum memiliki fitur konektivitas cepat tersebut dan masih diproduksi di Tiongkok.

“Nanti, kami akan memproduksi smartphone 4G dengan fitur lebih mewah di Indonesia. Pabriknya sudah disiapkan di Kapuk, Jakarta. Ini ditujukan untuk target TKDN tahun depan,” sambung Herman.

Ditanya soal bagaimana customer service-nya, ia menjanjikan bahwa konsumen tidak perlu khawatir. Setidaknya sudah ada 12 kota yang didatangi service center HiCore. Tahun depan targetnya cukup besar, melayani 100% kota besar di Indonesia.

Dengan bergantinya merek ini juga sumber daya manusia menjadi satu faktor krusial yang akan ditambah terus demi memenuhi target masuk delapan besar brand smartphone di Indonesia tiga tahun lagi. Strategi lainnya adalah dengan memastikan harga sama atau single price di setiap gerai di seluruh Indonesia tanpa terkecuali. Ia yakin hal tersebut bisa dilakukan lewat peran promotor di setiap gerai.

“HiCore akan fokus di penjualan offline dulu. Setelah itu baru merencanakan masuk ke gerai online,” tutup Herman.

Editor: Sigit Kurniawan

Related