Strategi Unilever Indonesia Hadapi Masa Sulit

marketeers article
113809095 konskie, poland september 15, 2018: unilever on a smartphone

Sepanjang tahun 2020, kondisi bisnis di berbagai sektor tertekan akibat pandemi. Kondisi ini juga dialami oleh Unilever Indonesia. Sejak pandemi melanda, perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) ini mengakui adanya penurunan penjualan pada sejumlah produk.

Meski begitu, kondisi ini tidak bisa didiamkan. Unilever justru menjadikan masa sulit sebagai momentum untuk semakin kompetitif, inovatif, dan memperkuat konsistensi bisnis perusahaan.

Pada kuartal III 2020, Unilever mencatat peningkatan positif pada penjualan ritel domestik sebesar 1,7% hingga September 2020 (year-to-date). Di periode ini perusahaan mencatat laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun.

Arif Hudaya, Direktur Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk. mengatakan catatan baik ini dicapai dengan adanya langkah optimalisasi dalam beberapa aspek yang dilakukan oleh Unilever. Di antaranya berupaya mendengarkan kebutuhan konsumen lewat inovasi produk, pelayanan yang tepat, dan pengetatan biaya operasional. “Unilever optimistis untuk bisa membangun bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab,” katanya.

Tak hanya berbicara soal operasional bisnis, keselamatan dan kesehatan karyawan juga menjadi perhatian untuk tetap bisa menjalankan operasional dan memenuhi permintaan pasar. Belum lagi, aksi CSR dan aktivasi yang tetap dijalankan, bahkan ditingkatkan melalui kanal digital. Sehingga, kegiatan pemasaran tidak berhenti meskipun dibatasi oleh pandemi.

Lebih lanjut, Ira Noviarti, Direktur Unilever Indonesia mengungkapkan kunci sukses Unilever mampu tumbuh selama pandemi adalah dengan mengedepankan produk-produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen.

Di antaranya produk kesehatan dan kebersihan. Sejak pertengahan tahun, Unilever secara aktif memperkuat penjualan produk-produk kebersihannya dan mengenalkan inovasi produk kebersihan terbaru. Sebut saja Lifebuoy Hand Sanitizer, Wipol Wipes, Wipol Disinfectant Spray, Rinso Laundry Disinfectan, hingga Molto Fabric Spray.

Tak hanya itu, Unilever juga melihat peluang dari pembatasan sosial yang dialami masyarakat dengan memperkuat penjualan produk konsumsi rumahan seperti Wall’s Strawberry Cheesecake, Bango Bumbu Kuliner Nusantasa, hingga Sariwangi Teh Mawar.

“Inovasi ini dilakukan memenuhi ekspektasi konsumen akan kondisi yang semakin menuntut kebersihan. Aktivasinya pun dilakukan sesuai dengan kondisi saat ini,” tambah Ira.

Dalam hal ini, seperti kerja sama dengan layanan transportasi publik untuk produk-produk kebersihan. Namun, kami juga tidak meninggalkan konsumen yang memilih untuk di rumah saja lewat produk yang bisa menemani mereka meskipun di rumah

Langkah lain yang dilakukan Unilever untuk mempertahankan konsistensi pertumbuhan bisnisnya bisa dilihat dari bagaimana perusahaan ini menanggapi perubahan perilaku konsumen. Contohnya adalah dimulainya transformasi digital di bidang distribusi dan penjualan. Unilever mengembangkan layanan Home Delivery dan digitalisasi mitra UKM Perseroan.

“Selain memperkuat ketersediaan produk lewat e-commerce, tahun ini kami juga memperkenalkan inovasi digital Sahabat Warung. Tujuannya mempermudah penyaluran produk Unilever ke warung-warung mitra kami sehingga produk terus tersedia dan dekat dengan konsumen,” tutup Ira.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related