Strategi vivo Satukan Generasi lewat Strategi Pemasaran dan Inovasi Teknologi 

marketeers article
Strategi vivo Satukan Generasi Lewat Strategi Pemasaran dan Inovasi Teknologi  (FOTO: Marketeers/Bernad)

Pada era saat pasar teknologi dipenuhi beragam generasi, vivo membuktikan bahwa memahami kebutuhan lintas generasi bukanlah hal mustahil. Sebagai merek smartphone yang konsisten mengedepankan pendekatan customer centric, vivo mengungkap rahasia di balik strategi pemasaran intergenerasional mereka: inovasi teknologi yang relevan, komunikasi multi-platform, dan komitmen untuk menciptakan produk yang bermakna bagi semua usia.

Teknologi untuk Semua: Filosofi “Joy in Us” 

vivo percaya bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kebersamaan dan kesederhanaan. Filosofi “Joy in Us” menjadi pondasi utama dalam setiap langkah mereka, baik dalam pengembangan produk maupun strategi pemasaran.

Menurut vivo, teknologi tidak hanya harus canggih, tetapi juga mudah diakses dan bermanfaat bagi semua generasi. Inilah yang mendorong mereka untuk menciptakan inovasi yang tidak hanya fokus pada kecanggihan teknis, tetapi bagaimana teknologi tersebut memperkuat komunikasi dan hubungan antar-manusia.

“Kami tidak ingin teknologi hanya menjadi alat, melainkan jembatan yang menghubungkan orang-orang terkasih, terlepas dari usia atau latar belakang,” kata Alexa Tiara, PR Manager vivo Indonesia.

Riset Mendalam: Kunci Memahami Generasi yang Berbeda 

Untuk menjangkau generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) hingga Baby Boomers, vivo mengandalkan riset dan pengembangan (R&D) yang komprehensif. Tim mereka aktif menganalisis kebutuhan setiap generasi melalui berbagai kanal, mulai dari komunitas pengguna, media sosial, hingga riset pasar tradisional.

Pendekatan ini memungkinkan vivo memahami perbedaan preferensi, seperti ketertarikan milenial dan Gen Z pada tren visual dan kreativitas, sementara generasi yang lebih tua mengutamakan fungsi praktis serta kemudahan penggunaan.

Hasil riset ini kemudian diterjemahkan ke dalam pengembangan fitur-fitur spesifik. Misalnya, seri vivo X200 dan V40 dilengkapi teknologi AI Imaging yang memudahkan pengguna mengambil foto profesional tanpa perlu keahlian editing rumit—sesuai dengan kebutuhan milenial dan Gen Z yang gemar membuat konten visual.

Di sisi lain, fitur, seperti AI Note Assist dan Live Call Translation dirancang untuk membantu generasi yang lebih dewasa dalam produktivitas sehari-hari.

BACA JUGA: vivo X200 Series Resmi Bisa Dipesan, Unggulkan Fitur Fotografi

AI sebagai Jembatan Antar-generasi 

Kecerdasan buatan (AI) menjadi tulang punggung inovasi vivo dalam menjawab kebutuhan generasi yang berbeda. Dalam fotografi, fitur, seperti Live Cutout (pemisahan instan subjek dan latar belakang), AI Erase 2.0, dan Shadow Remover memungkinkan pengguna dari segala usia menghasilkan gambar berkualitas tinggi dengan sekali klik.

Bagi milenial dan Gen Z, fitur ini menjadi alat ekspresi kreatif, sementara generasi tua mengapresiasi kemudahan mengabadikan momen tanpa ribet. Di bidang produktivitas, AI Note Assist membantu mengubah catatan tulisan tangan menjadi teks digital, sementara Live Call Translation memecahkan hambatan bahasa dalam percakapan.

“AI bukan sekadar tren, tapi solusi nyata yang kami adaptasi sesuai kebutuhan pengguna. Ini adalah cara kami memastikan teknologi tetap manusiawi,” ujar Alexa.

Strategi Komunikasi: Multi-platform dan Kolaborasi Lintas Generasi 

vivo menyadari bahwa setiap generasi memiliki preferensi media yang berbeda. Gen Z dan Milenial lebih aktif di TikTok dan Instagram, sementara Gen X dan Baby Boomer masih mengandalkan media tradisional, seperti televisi atau surat kabar.

Oleh karena itu, vivo mengadopsi pendekatan multi-platform. Kampanye mereka di media sosial diisi dengan konten kreatif dan interaktif, sementara di televisi, vivo menonjolkan keandalan produk melalui testimoni pengguna.

Tak hanya itu, kolaborasi dengan figur publik dari berbagai generasi juga menjadi kunci. Ari Lasso, Marc Klok, Raline Shah, hingga Joko Anwar dipilih karena kemampuan mereka menjangkau segmen usia berbeda.

“Setiap figur merepresentasikan nilai yang sesuai dengan target pasar kami. Misalnya, kolaborasi dengan Joko Anwar menarik bagi pencinta film, sementara Hanifa Ambadar menginspirasi kalangan profesional,” ucap Alexa.

Acara offline, seperti peluncuran produk atau workshop fotografi juga digelar untuk membangun kedekatan emosional.

“Interaksi langsung memungkinkan kami memahami ekspektasi konsumen secara lebih personal,” ujar Alexa.

Tantangan: Kecepatan Teknologi dan Perilaku yang Dinamis 

Meski sukses menjangkau pasar luas, vivo mengakui bahwa tantangan terbesar adalah mengikuti kecepatan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen. Milenial dan Gen Z, misalnya, cepat beralih ke tren baru, sementara generasi tua sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi.

“Kami harus terus berinovasi, tetapi tetap memastikan produk kami tidak terlalu kompleks bagi pengguna yang kurang familier dengan teknologi,” tutur Alexa.

Untuk mengatasi ini, vivo mengandalkan R&D sebagai tulang punggung. Dengan menganalisis data perilaku pengguna secara real-time, mereka mampu merancang produk yang seimbang antara inovasi dan kemudahan penggunaan.

Peluang: Loyalitas Merek dan Pasar yang Lebih Luas 

Strategi intergenerasional ternyata membawa manfaat jangka panjang bagi vivo. Dengan produk yang relevan bagi semua usia, merek ini tidak hanya memperluas jangkauan pasar, tetapi juga membangun loyalitas.

Seorang pengguna Gen Z mungkin memilih vivo karena kamera canggihnya, sementara Baby Boomer tertarik pada daya tahan baterai dan antarmuka sederhana.

“Ketika sebuah produk bisa memenuhi kebutuhan keluarga secara lintas generasi, ikatan emosional dengan merek akan semakin kuat. Ini menciptakan efek berantai—orang tua merekomendasikan vivo ke anaknya, atau sebaliknya,” kata Alexa.

BACA JUGA: Bawa Flagship Baru, vivo Rilis X 100 dan X 100 Pro

Masa Depan: AI dan Personalisasi 

Ke depan, vivo berencana memperdalam integrasi AI dalam produk mereka. Teknologi ini diprediksi  makin personal, seperti kemampuan kamera yang secara otomatis menyesuaikan dengan gaya fotografi pengguna, atau asisten virtual yang memahami kebiasaan individu.

“Kami ingin setiap pengguna, tua atau muda, merasa produk ini dirancang khusus untuk mereka,” kata Alexa.

Dengan kombinasi antara inovasi teknologi yang inklusif dan strategi komunikasi yang empatik, vivo membuktikan bahwa kesenjangan generasi bukanlah penghalang. Justru, keragaman ini menjadi peluang untuk menciptakan teknologi yang menyatukan, bukan memisahkan, sesuai dengan semangat “Joy in Us” yang mereka usung.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS