Studi: Kesehatan Jiwa yang Baik Memengaruhi Tingkat Produktivitas

marketeers article
Deklarasi Kaukus Masyarakat (FOTO: Marketeers/Vedhit)

Isu kesehatan jiwa di Indonesia mendapatkan sorotan tinggi melalui upaya inisiatif beberapa tokoh yang turut mendirikan Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa. Para inisiator ini pun menyoroti pentingnya kesehatan jiwa bagi kehidupan masyarakat hingga produktivitas di dunia kerja.

Deklarasi kaukus ini berlangsung di Perpustakaan Nasional, Jakarta, dan menandai langkah serius dalam meningkatkan kesadaran dan penanganan terhadap masalah kesehatan jiwa di Tanah Air.

Inisiatif kaukus berasal dari sejumlah tokoh, di antaranya Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Prof. Dr. FX Mudji Sutrisno, SJ., Prof. Dr. Drs. Semiarto Aji Purwanto, M.Si., Dr. Adriana Elisabeth, Dr. Ray W. Basrowi, Maria Ekowati, dan Kristin Samah.

Sebelum deklarasi, kelompok ini melakukan studi dan survei eksploratif dengan melibatkan berbagai pihak seperti akademisi, psikolog, dokter spesialis, praktisi kesehatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil, sosioantropolog/budayawan, media, dan kalangan swasta.

“Hasil survei menunjukkan tingginya tingkat urgensi isu kesehatan jiwa di mata masyarakat. Sebanyak 82% responden menyatakan bahwa isu kesehatan jiwa sangat penting, sementara 12% menyatakan hal tersebut penting,” kata Dr. Ray W. Basrowi saat jumpa pers, Selasa (14/11/2023).

BACA JUGA: Bayer Dorong Akselerasi Teknologi Digital Layanan Kesehatan di Banten

Studi tersebut juga mengidentifikasi lima urgensi dan tiga esensi kesehatan jiwa di Indonesia. Pertama, kesehatan jiwa memiliki dampak multisektor karena terintegrasi dalam kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Kesehatan jiwa yang baik memengaruhi tingkat produktivitas, kualitas hidup, dan pencapaian generasi selanjutnya. Urgensi kedua menyoroti seriusnya masalah kesehatan jiwa pada anak, remaja, dan usia produktif.

Peningkatan kasus kesehatan jiwa terjadi di berbagai tahap siklus hidup, terutama pada usia remaja dan produktif. Selanjutnya, minimnya edukasi dan distribusi informasi yang kurang tepat menjadi urgensi ketiga. Isu ini juga diidentifikasi sebagai prioritas global tetapi belum sepenuhnya diakui sebagai prioritas di Indonesia.

“Urgensi terakhir menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa di Indonesia erat kaitannya dengan persoalan ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan yang komprehensif perlu diambil dalam menangani isu ini,” ujar Ray.

BACA JUGA: Viral Bocah 10 Tahun Menikah, Ini Bahayanya untuk Kesehatan

Dari temuan studi tersebut, muncul beberapa komponen tambahan seperti dampak penggunaan gawai pada anak dan remaja, beban generasi sandwich, pencarian jati diri, pengaruh media sosial, serta masalah emosi, perilaku, dan kekerasan berbasis keluarga.

Dalam deklarasi, Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menetapkan tujuh butir penting. Kaukus ini dideklarasikan sebagai gerakan bersama berbasis komunitas yang menyadari urgensi kesehatan jiwa melalui advokasi, edukasi, riset, aksi pencegahan, dan mitigasi. Mereka menekankan bahwa tidak ada kesehatan fisik tanpa kesehatan jiwa.

Kaukus ini berdiri mandiri demi kepentingan kemanusiaan dan mendorong berbagai pihak untuk menjadikan kesehatan jiwa sebagai isu sentral dan prioritas. Fokusnya terutama pada masalah kesehatan jiwa di kalangan berbagai kelompok, seperti ibu dan balita, anak usia sekolah, remaja, usia produktif, dan kelompok rentan.

Sebagai langkah nyata, Kaukus mendukung pembuatan program penanganan kesehatan jiwa sejak dini, mulai dari masa 1000 hari pertama kehidupan hingga pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, mereka mendorong berjejaring untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan jiwa serta cara-cara penanganannya secara tepat.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related