Survei LinkedIn: 70% Karyawan Cari Pekerjaan Baru pada 2025

marketeers article
LinkedIn | sumber: 123rf

LinkedIn, jejaring sosial untuk profesional meluncurkan hasil penelitian terbaru terkait dengan tren pasar tenaga kerja tahun 2025. Dari hasil penelitian tersebut, sebanyak 70% karyawan di Indonesia akan mencari pekerjaan baru pada tahun ini.

Serla Rusli, LinkedIn Career Expert menjelaskan persentase pekerja di Indonesia yang mencari pekerjaan baru lebih tinggi dari rerata global. Tercatat, rata-rata pekerja secara global yang akan mencari pekerjaan baru tahun sebesar 58%.

BACA JUGA: 3 Tips Membangun Personal Branding di LinkedIn

Penelitian ini dilakukan oleh Censuswide antara 27 November hingga 16 Desember 2024 dengan melibatkan 22.010 pengguna LinkedIn dan 8.035 profesional sumber daya manusia (SDM). Pasar yang disurvei meliputi Inggris, Amerika Serikat (AS), Prancis, Jerman, India, Spanyol, Brasil, Irlandia, Belanda, Singapura, Jepang, Swedia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Australia, Indonesia, dan Italia.

“Dengan semakin banyaknya orang yang mencari pekerjaan tahun ini, para profesional di Indonesia harus bisa beradaptasi, mengambil pendekatan baru dan lebih strategis dalam melamar pekerjaan yang sesuai dengan skills sehingga mereka dapat tampil lebih menonjol,” kata Serla melalui keterangan resmi yang diterima Marketeers, Kamis (16/1/2025).

BACA JUGA: Konsisten Dongkrak SDM, Bank Mandiri Kembali Raih Award dari LinkedIn

Temuan lain dari penelitian ini, yaitu makin sulitnya mendapatkan pekerjaan baru. Tercatat, lebih dari 50% mengaku bahwa proses mencari pekerjaan kian menantang.

Data mengungkapkan bahwa hampir enam dari sepuluh atau 59% pencari kerja mengaku pernah di-ghosting oleh perekrut dan tidak mendapat respons apapun setelah mengirimkan lamaran atau menghubungi tim perekrut. Hasilnya, lebih dari setengah responden mengatakan proses pencarian kerja menjadi lebih sulit dengan persentase 58%.

Kemudian karyawan merasa untuk mendapatkan pekerjaan baru memakan waktu lebih lama sebesar 59% dalam setahun terakhir.

“Tren ini menunjukkan bahwa para profesional Indonesia perlu mengubah strategi mereka dalam mencari dan mendapatkan pekerjaan pada tahun 2025,” ujarnya.

Serla menyebut temuan lain dari penelitian ini yaitu rata-rata profesional di Indonesia menghabiskan waktu hingga empat jam per pekan untuk mengirim lima lamaran pekerjaan. Lalu sebanyak 42% profesional percaya bahwa makin banyak lamaran yang dikirimkan, kian besar peluang mereka mendapat pekerjaan.

Anggapan tersebut paling banyak berasal dari Gen Z dengan persentase 45% dan Milenial 43%. Kendati demikian, pada kenyataannya strategi ini justru menjadi bumerang.

Survei membuktikan sekitar empat dari sepuluh atau 43% profesional di Indonesia mengaku telah mengirim lebih banyak lamaran dari biasanya, tetapi tidak mendapatkan balasan. Di sisi lain, para perekrut kelelahan dengan banyaknya lamaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan.

Sebanyak delapan dari sepuluh atau 80% perekrut mengatakan bahwa mereka menerima lebih banyak lamaran dibandingkan tahun lalu. Ini mengakibatkan 29% dari mereka menghabiskan waktu tiga hingga lima jam dalam sehari untuk menyeleksi lamaran.

“Mereka melaporkan bahwa dari lamaran yang diterima, tidak ada satupun atau 0% yang benar-benar memenuhi kualifikasi,” tutur Serla.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS