Survei: Tren Perekrutan Pekerja di Indonesia akan Melambat

marketeers article
Bullying with an out of control boss shouting to a stressed employee in a desktop at office interior
Tren perekrutan karyawan di Indonesia tahun 2020 diprediksi akan melambat. Menurut survei perusahaan teknologi, Mercer, bertajuk Total Remuneration Survey 2019, 36% perusahaan berencana menambah jumlah karyawan. Angka ini lebih sedikit dibanding tahun 2019 yang mencapai 43% dari total responden.
Dengan mempertimbangkan tingkat turnover dan ekspansi, diperkirakan akan ada 52.000 karyawan yang masuk dan keluar perusahaan. Industri yang paling banyak melakukan penambahan tenaga kerja adalah jasa keuangan dan teknologi.
“Indonesia memiliki sekitar 180 juta tenaga kerja pada tahun 2019, dengan 63 juta di antaranya berusia antara 20 hingga 35 tahun,” kata Astrid Suryapranata, Career Business Leader Mercer Indonesia.
Pada saat yang sama, ekonomi digital berkembang pesat di negara-negara Asia Tenggara. Dan, Indonesia dinilai tengah memimpin di antara negara-negara tersebut. Tren-tren ini yang menurut Astrid akan membentuk ekonomi kita di masa depan.
“Mercer menemukan beberapa pekerjaan baru di pasar, antara lain pemasaran digital/internet, pemasaran e-commerce atau belanja online, analisis data dan intelijen bisnis, infrastruktur cloud (IAAS), teknik konfigurasi otomasi proses robot dan pemrograman, dan sains (analisis R&D dan bio informatika),” tambahnya.
Temuan lainnya, Mercer mencatat tingkat karyawan yang mengundurkan diri secara sukarela sebesar 7% pada tahun 2019 pada keseluruhan industri. Industri jasa keuangan mengalami tingkat pengunduran diri terbesar, yaitu 14%. Pada tahun 2018, tingkat pengunduran diri berada pada 8%, dengan industri jasa keuangan juga sebagai industry dengan tingkat pengunduran diri terbesar yaitu 12%.
Alasan utama karyawan di Asia mengundurkan diri bervariasi, namun tiga alasan utama karyawan mengundurkan diri adalah gaji yang kompetitif, hubungan dengan atasan, serta tidak adanya jenjang karir dan jaminan yang jelas.
Kompensasi semakin kompleks
Bukan tanpa alasan hal tersebut terjadi. Seiring dengan munculnya posisi baru dan perubahan posisi yang sudah ada karena otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI), semakin sulit untuk memenuhi ekspektasi gaji karyawan dan nilai pasar.
Berdasarkan Global Talent Trends Study 2019 dari Mercer, perusahaan akan menawarkan kompensasi yang lebih bervariasi menjadi prioritas. Kabar baiknya adalah prioritas HR sudah mencerminkan keinginan karyawan. Selain itu, baik HR maupun karyawan setuju bahwa penawaran insentif yang lebih bervariasi dan kompensasi yang lebih beragam kepada karyawan dengan kinerja memuaskan akan membuat perbedaan. Untuk menyelaraskan dengan tujuan bisnis, investasi melalui kompensasi kepada karyawan harus menggambarkan fokus strategis perusahaan.
“Seiring dengan perubahan yang semakin cepat, kita memasuki dunia baru dalam bekerja. Perusahaan harus berpikir ulang bagaimana mereka bisa menyesuaikan di masa depan dengan menaruh orang-orangnya dalam inti perubahan,” ujar Puneet Swani, Senior Partner and Career Business Leader for the International Region Mercer.
Inti perubahan itu, mulai dari digitalisasi, membangun kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkompetisi di masa depan, hingga menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang baik.
“Selain itu, perubahan dalam cara perusahaan berinvestasi kepada karyawannya akan memberikan imbal balik yang lebih besar kepada bisnis di masa mendatang,” tutup Puneet.
Editor: Sigit Kurniawan

Related