Sustainable Tourism Diprediksi Jadi Motor Industri Pariwisata

marketeers article
suitcase on a conveyor belt surrounded by green tropical plants in a baggage claim area at the airport

Industri pariwisata di seluruh dunia terkena dampak yang besar akibat pandemi COVID-19. Larangan untuk bepergian diberlakukan di mana-mana untuk mengurangi penularan virus yang lebih luas. Akibatnya, banyak daerah yang ekonominya bergantung pada sektor pariwisata mengalami penurunan yang signifikan. Namun, harapan kembali tumbuh di era next normal.

Menurut Hermawan Kartajaya, Chairman MarkPlus,Inc. mengatakan kini industri pariwisata harus menyiapkan diri untuk kembali menyusun strategi menuju kebangkitan industri di tahun 2030. “Setelah kondisi pandemi ini, industri pariwisata akan mengalami tiga fase, yaitu tahun 2021 sampai 2022 adalah recovery, tahun 2023 sampai 2025 adalah reform, hingga mencapai fase rise atau kembali berjaya pada periode tahun 2026-2030,” katanya pada acara Planet Tourism Indonesia, Rabu (29/07/2020).

Yang paling pertama adalah kesiapan semua destinasi untuk memulai perbaikan (recovery) industri pada tahun 2021. Ada banyak cara, salah satunya dengan menerapkan Sustainable Tourism.

Mengacu pada rencana Sustainable Development Goals (SDGs) yang diterapkan oleh UNICEF, MarkPlus Center of Tourism & Hospitality memiliki keyakinan bahwa sustainable tourism akan menjadi senjata ampuh bagi Indonesia untuk mengembalikan kejayaan pariwisatanya.

“Apalagi dengan 70% sampai 80% wisatawan global yang datang ke Indonesia untuk menikmati lanskap alamnya. Baru setelah itu mereka akan menikmati budaya lokal dan berdampak terhadap perkonomian,” tutup Hermawan.

Penerapan sustainable tourism yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan budaya dinilai sebagai kunci untuk terus mengundang wisatawan. Dengan demikian, akan terbentuk quality tourism yang dapat meningkatkan nilai jual destinasi wisata yang menjadi motor untuk pertumbuhan perekonomian daerah dan nasional.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related