Tahun 2021, Pertamina Bukukan Laba Bersih Rp 29,3 Triliun

marketeers article
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. (FOTO: Dok Pertamina)

PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih konsolidasian (audited) tahun 2021 mencapai US$ 2,046 miliar atau setara Rp 29,3 triliun. Realisasi itu naik hampir dua kali lipat dibanding laba bersih tahun 2020 yang sebesar Rp 15,3 triliun.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina menuturkan, capaian laba bersih tersebut melampaui target atau sebanyak 154% dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2021. Kinerja keuangan positif perusahaan ditunjukkan dengan EBITDA US$ 9,2 miliar. 

Ini menunjukkan keuangan Pertamina dalam kondisi sehat (AA), aman dan mampu bertahan di tengah tantangan disrupsi dan geopolitik yang memengaruhi industri migas dan energi secara global. Nicke mengatakan Pertamina berhasil melakukan transformasi bisnis, meningkatkan efisiensi dan produksi, menjalankan transisi energi, sekaligus melakukan pembangunan infrastruktur migas serta proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP).

Dia menambahkan, tahun 2021 Pertamina sukses melakukan transformasi dengan membentuk Holding Migas dengan enam Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining and Petrochemical, Subholding Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics dan Subholding New and Renewable Energy.

“Transformasi ini merupakan langkah strategis untuk beradaptasi dengan perubahan bisnis ke depan, bergerak lebih lincah dan lebih cepat, serta fokus untuk pengembangan bisnis yang lebih luas dan agresif,” ujar Nicke dalam laporan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Dia membeberkan produksi hulu migas meningkat dari 863.000 barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada tahun 2020 menjadi 897 MBOEPD di 2021, sehingga Pertamina memberikan kontribusi lebih dari 60% pada produksi migas nasional. Selanjutnya, produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) juga tercapai sesuai target, sehingga tidak ada tambahan impor. 

Khusus untuk Solar dan Avtur, sejak April 2019 Pertamina sudah tidak lagi melakukan impor. Pertamina juga menyelesaikan pembangunan dua tanker migas raksasa yaitu VLCC Pertamina Pride dan Pertamina Prime, yang digunakan untuk pasar global.

Digitalisasi yang terintegrasi dari hulu ke hilir menjadi salah satu kunci keberhasilan Pertamina dalam mengendalikan produksi dan distribusi BBM, serta peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat. Melalui Integrated Commands Centre, seluruh aktivitas operasional dapat dimonitor secara online dan real time

Penggunaan aplikasi MyPERTAMINA untuk cashless payment semakin meningkat, dan saat ini sudah mencapai lebih dari 22 juta pengguna. Pengembangan energi baru pada tahun 2021, selain produksi Biosolar B30, Kilang Cilacap berhasil memproduksi Renewable Diesel (Biodiesel 100%) dengan kapasitas 3.000 barrel per hari.

Dalam aspek Environmental, Social, & Governance (ESG), Pertamina berhasil meningkatkan posisinya dengan menempati ranking 15 di antara perusahaan energi global. Pencapaian ini merupakan hasil dari berbagai program dekarbonisasi yang terus digenjot, di antaranya penggunaan gas buang sebagai sumber energi listrik (flaring gas recovery system) yang menggantikan porsi pembangkit diesel, pemasangan PLTS di Blok migas, Kilang, Terminal BBM dan SPBU, pengembangan green hydrogen dari panas bumi, serta Program Langit Biru.

Related