Tahun 2022, Diproyeksikan Jadi Periode Kebangkitan Industri Alas Kaki

marketeers article
female working with sew machine on footwear fabric

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memperkirakan tahun 2022 merupakan periode kebangkitan industri alas kaki usai terpukul pandemi COVID-19. Diproyeksikan pertumbuhan industri padat karya ini akan berada pada level normal tahun 2019 sebelum merebaknya wabah.

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri mengungkapkan, proyeksi tersebut dapat tercapai dengan catatan pemerintah mampu mengendalikan wabah khususnya varian Omicron yang angkanya terus melonjak. Kebijakan penutupan kegiatan masyarakat pun diharapkan tidak kembali diambil lantaran akan berdampak buruk terhadap ekonomi khususnya industri alas kaki.

“Kalau seandainya tanpa Omicron, belajar dari kemarin yang setelah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 2022 kami optimistis. Misalkan dengan Omicron, namun penyebarannya terkendali yang sekarang pertumbuhannya masih ratusan atau baru 1.000-an bisa terus terkendali, kami yakin pasar bisa recovery seperti tahun 2019,” ujar Firman kepada Marketeers.com, Senin (17/1/2022).

Firman menambahkan, kondisi bisnis alas kaki mulai menujukkan tren positif sejak tahun 2021. Tercatat, hingga November 2021 pertumbuhan ekspor mencapai 27,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 (year on year/yoy). Selain itu, diperkuat dengan permintaan domestik yang menguat lantaran mulai dibukanya kembali sekolah tatap muka.

Kendati demikian, terjadi perubahan skema bisnis antara produsen dengan buyer yang didominasi oleh merek-merek besar dunia imbas ketidakpastian ekonomi global. Sehingga, kepercayaan antara pabrik dan buyer menurun.

Adapun perubahan skema bisnisnya terkait dengan kontrak produksi di mana saat ini buyer, pabrik, dan produsen bahan baku harus membayar secara tunai. Sedangkan sebelumnya, dapat dicicil sesuai kesepakatan. Alhasil, modal kerja di awal produksi pun membengkak.

“Sekarang konsepnya juga sudah berubah yang tadinya ada trust antara buyer dan produsen beli bisa dengan cara tempo. Temponya bisa bervariasi biasanya setelah order kedua yang pertama baru dibayar, tapi karena ada ketidakpastian pasar dan pengalaman di 2020 serta 2021 sekarang semuanya harus tunai,” ujarnya.

Lebih lanjut, Firman menjelaskan, peluang lain yang dapat memperkuat pertumbuhan industri alas kaki datang dari pemerintah. Melalui kebijakan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri atau IOMKI, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjamin ratai pasok permintaan global terpenuhi di masa pandemi. Bahkan, hal ini diapresiasi oleh buyer dan mampu mengungguli industri di Vietnam saat negara tersebut terpaksa melakukan karantina wilayah (lockdown).

“Kita sebenarnya diuntungkan dengan tata kelola Pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi atau pemerintah tidak melakukan lockdown itu lebih baik dalam konteks kesimbangan daripada Vietnam. Indonesia, dari sisi aspek kesehatan mampu dikendalikan, begitu juga aspek ekonomi tetap berjalan untuk industri-industri yang esensial,” pungkasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related