Tahun 2022, Ekonom Proyeksikan Industri Food Delivery Tumbuh 7%

marketeers article
Bangkok, Thailand June 7, 2020 : Motorbike at the street, Food delivery service through its app Grabfood

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan industri pesan-antar makanan atau food delivery akan tumbuh di angka 5% hingga 7% pada tahun 2022. Perkiraan tersebut menurun dari realisasi pertumbuhan pada tahun 2021 sebesar 30%.

Ekonom Indef Nailul Huda mengatakan, hasil perkiraan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya  jumlah peralihan pedagang dari offline ke online telah terjadi dengan masif pada tahun 2020 dan 2021. Sehingga, pertumbuhannya tidak setinggi saat awal pandemi COVID-19 merebak.

Selain itu, dia juga memperkirakan tingginya jumlah vaksinasi dan adaptasi protokol kesehatan mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Sebab, sekarang pemerintah telah mengizinkan untuk makan di tempat atau dine in. Dengan kata lain, orang-orang cenderung makan di restoran dibandingkan harus melalui aplikasi food delivery.

“Saya memperkirakan pertumbuhannya akan mendekati yang tahun kemarin atau sekitar 30%. Namun, bisa pula tak terlalu jauh antara 5% atau 7% peningkatan di tahun ini di food delivery-nya,” kata Nailul kepada Marketeers.com, Jumat (4/2/2022).

Menurut dia, peningkatan industri tersebut masih akan tekonsentrasi pada kota-kota besar dan daerah penyangga seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Pasalnya, secara infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), dan pangsa pasarnya sangat besar. Sedangkan di wilayah lain, khususnya wilayah timur Indonesia pertumbuhannya masih terbatas.

Tak hanya itu, Nailul juga memperkirakan bakal ada pemain baru dalam industri food delivery. Kendati demikian, pemain tersebut bukanlah perusahaan baru yang organik. Melainkan, perusahaan yang telah ada dengan modal yang cukup besar untuk melakukan ekspansi.

“Saya rasa ada baru di tahun 2022, tapi lebih ke lebih kepada bukan pemain baru. Namun, perusahaan besar yang dia mempunyai ekosistem bagus dan bisa menyediakan pelayanan makanan. Jadi bukan pemain baru yang benar-benar baru tapi,” pungkasnya.

Perusahaan riset asal Singapura, Momentum Works melaporkan sepanjang tahun 2021 industri pesan-antar makanan atau food delivery di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tumbuh 30% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). Momentum Works  memperkirakan nilai transaksinya mencapai US$ 15,5 miliar atau setara Rp 223,7 triliun (kurs Rp 14.433 pers US$).

Chief Executive Officer (CEO) Momentum Works Jianggan Li mengatakan, nilai tersebut merupakan gross merchandise value (GMV) atau nilai total barang dagangan yang dilakukan oleh beberapa pemain seperti melalui Grab, Foodpanda, GoJek, Deliveroo, LINEMAN, Baemin, ShopeeFood, RobinHood, dan Makanan AirAsia. Nilai tersebut termasuk semua pesanan dilakukan, baik gagal, dibatalkan, atau pesanan dikembalikan.

“Industri food delivery di ASEAN terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dimulai dari tahun 2018 ke tahun 2019 meningkat sebesar 91%, lalu tahun 2019 ke 2020 naik tajam sebesar 183% dan tahun 2020 ke 2021 naik sedikit sebesar 30%,” kata Jianggan melalui keterangan resmi Momentum Works yang diterima Marketeers.com, Kamis (27/1/2022).

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related