Tahun 2022, Peretail Lebih Pilih Buka Toko di Dekat Pemukiman

marketeers article
SINGAPORE CIRCA APRIL, 2019: interior shop of Adidas shop at Singapore Changi Airport.

Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) memperkirakan akan terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam melakukan pembelanjaan secara offline seiring dengan terkendalinya pandemi COVID-19 dan tingginya vaksinasi. Dengan kebali normalnya perilaku berbelanja, diperkirakan akan mengubah strategi bisnis peritail yang bakal membangun bisnis di dekat pemukiman.

Staf Ahli Hippindo Yongki Susilo mengatakan, perubahan model bisnis retail akan mengikuti permintaan pasar. Berdasarkan survei yang diakukan Inventure-Alvara, semua peritel akan berlomba-lomba membuka toko sedekat mungkin dengan konsumen.

Hal tersebut lantaran 86,4% responden mengatakan berbelanja di toko terdekat tetap menjadi prioritas utama dalam memilih tempat berbelanja. “Temuan ini semakin diperkuat dengan hasil riset Inventure-Alvara yang lain yaitu sebanyak 76,5% responden lebih memilih store yang lebih dekat dengan tempat tinggal meskipun koleksi produk tidak lengkap dibanding dengan main store,” kata Yongki dalam konferensi pers industri outlook secara virtual di Jakarta, Rabu (9/2/2022).

Menurut dia, kondisi tersebut merupakan situasi yang normal. Bahkan, telah sejak sebelum merebaknya pandemi. Artinya, situasi saat ini semakin menunjukkan tren yang membaik secara peningkatan ekonomi usai dihantam wabah.

Yongki menambahkan, industri retail menjadi salah satu sektor yang sangat terpukul wabah. Adanya kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada tahun pertama pandemi yang sangat ketat membuat orang tidak bisa keluar rumah. Sehingga, terjadi pergeseran perilaku belanja ke online.

Situasi tersebut membuat retail mati suri selama hampir dua tahun. Alhasil, kebijakan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja dan merumahkan ribuan karyawan tak terhindarkan beberapa waktu lalu. Selain itu, tidak jarang pula tenant-tenant di pusat perbelanjaan yang terpaksa harus gulung tikar.

“Secara keseluruhan konsumen akan kembali berbelanja secara langsung, karena kalau datang langsung belanjanya akan lebih banyak, maka pelaku retail perlu fokus pada aktivitas offline. Fokus pada inovasi lapangan jangan cuma ke digital,” pungkasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related