Tahun 2025, Potensi Industri AI Diproyeksikan Tembus Rp 1.800 Triliun

marketeers article
Ilustrasi artificial intelligence, sumber gambar: 123rf

Industri kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) diproyeksikan memiliki potensi hingga US$ 126 miliar atau setara Rp 1.800 triliun (kurs Rp 14.984 per US$) pada tahun 2025. Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara yang paling banyak menggunakan teknologi tersebut. Jimmy Yogaswara, Chief Executive Officer (CEO) & Founder Soca AI mengungkapkan, besarnya potensi tersebut masih belum diimbangi dengan pemain pada industri AI. Sebagian besar masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumen dengan pasar yang luas bagi pemain asing.

“Berdasarkan data yang kami miliki, potensi industri AI pada tahun 2025 akan mencapai US$ 126 miliar atau Rp 1800 triliun. Indonesia menjadi negara yang paling banyak mengimplementasikan AI, bahkan sampai sekarang pun grafiknya menunjukkan sebagai negara yang paling besar di Asia Tenggara. Tapi sayangnya, Indonesia hanya menggunakan, tidak menciptakan atau dengan kata lain kita hanya konsumen. Kebanyakan menggunakan produk-produk dari luar negeri,” ujar Jimmy dalam acara The New Marketing Trilogy Masterclass secara daring di Jakarta, Selasa (10/7/2022).

Menurutnya, penggunaan AI dalam menunjang aktivitas manusia sangat menguntungkan. Khusunya untuk kegiatan perekonomian yang mampu meningkatkan efisiensi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas. Jimmy memberi contoh, AI juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penjualan produk. Termasuk memberikan pekerjaan-pekerjaan yang lebih layak kepada manusia.

“Misalnya dengan memanfaatkan AI kita dapat mengganti pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya repetisi (pengulangan) seperti buruh pabrik dengan mesin. Teknologi ini juga telah diterapkan untuk ojek online yang bisa meningkatkan pendapatan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jimmy menjelaskan, berdasarkan peta jalan (roadmap) yang telah disusun industri-industri besar skala dunia, pengembangan AI bakal lebih pesat dalam lima hingga 10 tahun ke depan. termasuk teknologi metaverse yang saat ini tengah naik daun.

Dia berpendapat, ketika teknologinya semakin canggih, separuh aktivitas masyarakat dapat beralih secara virtual. Hal ini memberikan pengalaman baru yang belum pernah ada dalam sejarah manusia sebelumnya.

“Jadi memang AI ini diciptakan untuk empowering society and productivity sehingga bukan untuk memusnahkan manusia. Tapi bagaimana caranya AI hadir di antara manusia dan membantu proses manusia menyelesaikan pekerjaannya,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related