Tahun Ini, Nilai Ekonomi Digital Indonesia Diproyeksikan Tembus Rp 100,1 Triliun

marketeers article
Digital Economy Concept. Man holding a tablet computer.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan pada tahun 2021 nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$ 70 miliar atau setara Rp 100,1 triliun (kurs Rp 14.306 per US$). Jumlah tersebut tumbuh 49% secara tahunan (year on year/yoy), dari nilai tahun 2020 sebesar US$ 47 miliar.

Airlangga mengatakan, pandemi COVID-19 telah memperlihatkan bahwa digitalisasi merupakan keniscayaan yang mendorong pemerintah, otoritas, pelaku usaha, dan masyarakat untuk dapat adaptif dalam merespons berbagai perubahan yang terjadi. Peningkatan tren penggunaan teknologi digital  begitu terasa dengan banyaknya perusahaan financial technology atau fintech.

“Salah satu sektor ekonomi digital yang berkembang pesat dan sangat dinamis adalah sektor teknologi keuangan (fintech). Fintech tak hanya tumbuh menjamur dan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perkembangan ekonomi. Namun, juga turut memberi andil terhadap kesuksesan program-program yang digagas pemerintah,” kata Airlangga dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (16/11/2021).

Airlangga mencontohkan, fintech dapat menjadi solusi aktivitas ekonomi digital telah berkontribusi besar dalam menyukseskan program pemerintah, seperti program Kartu Prakerja. Salah satu platform yang memiliki peran adalah DANA.

DANA Indonesia merupakan salah satu perusahaan fintech yang bergerak di bidang pembayaran. Selain pembayaran atau payment, fintech juga menghadirkan layanan pinjaman (lending), urun dana (equity crowdfunding), hingga inovasi keuangan digital lainnya.

Sedangkan, program Kartu Prakerja merupakan inovasi pemerintah dalam memberikan bantuan pelatihan dan insentif yang sepenuhnya digital, mulai dari treasury perbendaharaan negara sampai ke e-wallet atau dompet digital penerima bantuan. Selain itu, terdapat aspek bantuan sosial dalam program Kartu Prakerja, dengan mensyaratkan partisipasi aktif dari mereka yang ingin bergabung. “Peminatnya harus mendaftarkan diri, mengikuti proses seleksi, dan menyelesaikan pelatihan, baru mereka bisa menerima dana bantuan sosial,” ujarnya.

Airlangga menjelaskan, pendaftar program Kartu Prakerja saat ini telah mencapai lebih dari 77 Juta orang. Sudah ada 22 gelombang pendaftaran yang dibuka dan telah ditetapkan sebanyak 11,4 juta orang penerima Kartu Prakerja di 34 Provinsi dan 514 kabupaten-kota di seluruh Indonesia. Sementara itu, dari data diketahui bahwa 93% penerima Kartu Prakerja memilih e-wallet untuk penyaluran insentifnya, sisanya menggunakan rekening bank.

Di samping meningkatkan kompetensi untuk bekerja dan berwirausaha bagi penerimanya, Kartu Prakerja juga mengakselerasi inklusi keuangan. Sebanyak 27% penerima yang sebelumnya tidak mempunyai rekening atau e-wallet, kini setelah mengikuti program Kartu Prakerja telah memiliki rekening atau e-wallet. Dengan besar manfaat yang ada, pemerintah akan terus melanjutkan program ini pada tahun 2022.

“Para penerima Kartu Prakerja ini memperoleh bantuannya secara langsung melalui rekening atau e-wallet yang disediakan oleh Mitra Pembayaran Kartu Prakerja, tanpa perantara ataupun biaya tambahan,” pungkasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related