Tak Hanya Diplomatik, Duta Besar Berperan Juga Sebagai Pemasar

marketeers article
back view of diplomat standing with clenched hands near flags

Duta besar tidak hanya berperan dalam menjaga hubungan diplomatik. Lebih dari itu, duta besar juga berperan sebagai pemasar. Mereka bisa mempromosikan produk-produk dan potensi negaranya di luar negeri. Paling tidak, inilah yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

“Apalagi pemerintah sedang fokus menggenjot nilai ekspor guna menekan defisit neraca perdagangan. Sebab itu, berbagai kebijakan strategis dijalankan,” katanya ketika menjadi narasumber diskusi panel pada rangkaian acara Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI – Kementerian Luar Negeri RI Tahun 2020 di Jakarta, Jumat (10/1/2020) seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Perindustrian.

Menperin menyebutkan, lima negara tujuan ekspor terbesar sektor industri pada Januari-November 2019, yaitu Amerika Serikat yang mencapai USD 15,62 miliar, diikuti China (USD 15,50 miliar), Jepang (USD 10,13 miliar), Singapura (USD8,16 miliar), dan India (USD 5,88 miliar).

“Sepanjang Januari-November 2019, sektor industri memberikan kontribusi terhadap total nilai ekspor nasional hingga 75,57 persen atau senilai USD153,11 miliar. Dari hasil capaian itu, maka pemerintah memberikan perhatian khusus kepada peningkatan daya saing industri manufaktur,” paparnya.

Adapun pada periode tersebut, tiga sektor industri yang mencatatkan nilai ekspornya paling besar, yakni industri makanan dan minuman yang menembus USD24,30 miliar, industri logam dasar USD15,99 miliar, serta industri tekstil dan pakaian jadi USD 11,83 miliar.

Agus menambahkan, pemerintah telah menjalankan berbagai langkah strategis dalam upaya memacu nilai ekspor khususnya di sektor industri. Jurus jitunya itu meliputi penguatan sektor industri melalui program pembinaan agar lebih berdaya saing dan menyiapkan produk-produk unggulan.

“Kemudian, perlu dilakukan penurunan tarif melalui pemanfataan free trade agreement, serta juga dibutuhkan promosi di tingkat internasional dan dukungan fasilitas pembiayaan ekspor,” sebutnya.

Salah satu fasilitas yang diberikan untuk mengerek ekspor produk industri, yaitu melalui Penugasan Khusus Ekspor (PKE). PKE adalah penugasan yang diberikan pemerintah kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk menyediakan pembiayaan ekspor atas transaksi atau proyek yang secara komersial sulit dilaksanakan, tetapi dianggap perlu oleh pemerintah untuk menunjang kebijakan atau program ekspor dalam bentuk program National Interest Account (NIA).

“Program PKE tersebut dalam rangka memperluas pasar ekspor industri, terutama ke pasar-pasar nontradisional. Misalnya, PKE gerbong penumpang dan gerbong barang kereta api PT INKA ke Bangladesh. Selain itu ada PKE pesawat PT Dirgantara Indonesia serta PKE ke kawasan Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah,” imbuhnya.

Bahkan, guna memperluas pasar dan meningkatkan nilai ekspor produksi industri manufaktur nasional, Kemenperin sedang mengusulkan untuk menambah tiga Atase Perindustrian di Beijing – China, Seoul – Korea Selatan, dan Abu Dhabi – Uni Emirat Arab.

Hingga saat ini, Kemenperin telah memiliki tiga Atase Perindustrian di luar negeri, yakni di Tokyo – Jepang, Brussel – Belgia, dan Taipei – Taiwan. Tugas mereka di antaranya terkait dengan market dan industrial intelligent, promosi kawasan industri dan investasi, serta pemasaran produk industri.

Menperin pun berharap kepada para duta besar RI agar turut aktif berpartisipasi mengkampanyekan mengenai keikutsertaan Indonesia sebagai Official Partner Country pada ajang Hannover Messe 2020. Selanjutnya, duta besar RI juga diharapkan dapat mendorong kehadiran pelaku industri yang potensial di negara masing-masing untuk turut hadir di Hannover Messe 2020 dan menjajaki peluang kolaborasi dengan partisipan eksibisi di Paviliun Indonesia.

“Ajang ini penting untuk Indonesia tidak hanya karena sebagai negara pertama di ASEAN yang menjadi Official Partner Country, tetapi juga mendukung upaya national branding atas posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru ekonomi dunia dan pemain manufaktur global,” tandasnya.

Menurut Agus, kesempatan tersebut akan dimanfaatkan untuk memperkenalkan kesiapan industri Indonesia di era industri 4.0, mempromosikan kerja sama investasi dan ekspor sektor industri, serta memperkuat kerja sama bilateral dengan Jerman maupun dengan negara-negara lain yang berorientasi pada inovasi teknologi.

Related