Tak Hanya Fisik, Ini Bekal Marketeers Model Brand Ambassador

marketeers article
Marketeers Model Brand Ambassador 2017

Pemilihan Marketeers Model Brand Ambassador (MMBA) 2017 tengah digelar. Sebanyak 19 finalis tengah mengikuti rangkaian kelas sebelum melaju ke sesi final. Tak hanya fisik, persoalan etika dan pemahaman di bidang pemasaran menjadi penilaian. Deputy CEO MarkPlus, Inc. Jacky Mussry mengatakan, Spiritual Quotient merupakan hal utama yang harus dimiliki para finalis. Tidak hanya itu, pemahaman akan positioning-differentiation-brand pun menjadi bekal untuk berkompetisi.

Kompetensi seorang MMBA dikatakan Jacky harus memiliki physicality (PQ) diikuti intelektualitas (IQ), sosiabilitas dan emosionalitas (EQ), serta personability dan moral ability (SQ). Namun, Jacky mengatakan, poin terpenting yang harus dikedepankan adalah SQ.

“Semua poin ini sebenarnya harus diatur dengan baik. SQ merupakan hal terpenting. Ini terkait dengan bagaimana kita dapat mengatur emosi kejiwaan dengan baik. Namun, SQ tidak akan menggantikan ide. Ini tidak bisa mengganti kreativitas seseorang. Contohnya, menggunakan media sosial tanpa kreativitas tidak akan menghasilkan apa-apa,” terang Jacky di Jakarta, Rabu (02/11/2017).

Tidak hanya persoalan PQ, IQ, EQ, dan SQ, pemahaman yang tepat akan positioning-differentiation-brand dibutuhkan. Jacky menerangkan, untuk dapat menyusun strategi kompetisi yang tepat, harus dipahami positioning seperti apa yang diinginkan. Paling tidak, ada tiga elemen utama dari positioning, yaitu frame of reference, point of differentiation, dan reason to believe.

Frame of reference meliputi asumsi yang mendefinisikan bagaimana sesuatu dipahami. Sementara, point of differentiation berkaitan dengan cara suatu barang atau jasa suatu perusahaan memiliki diferensiasi dengan pesaing. Terakhir, reason to believe yang meliputi alasan mengapa pelanggan harus memilih produk Anda dibandingkan pesaing,” ungkap Jacky.

Jacky menambahkan, untuk membangun diferensiasi yang kuat, seseorang harus mampu mengintegrasikan konten, konteks, dan infrastruktur. Dalam hal ini, konten meliputi nilai tambah apa yang ditawarkan kepada customer atau audiens. Sementara, konteks meliputi bagaimana cara menyampaikan dan mengemas konten tersebut.

“Terkait dengan infrastruktur, hal ini meliputi faktor apa saja yang mendukung meliputi skill khusus yang membedakan Anda dengan influencer lain, dan faktor pendukung dari diferensiasi konten dan konteks,” terang Jacky.

Sementara, persoalan personal branding, sambung Jacky, harus dibangun dengan tepat. “Branding bukan sekadar sebuah nama. Brand merepresentasikan sebuah produk atau jasa. Demikian halnya dengan personal branding,” kata Jacky.

Poin ini merefleksikan nilai dari diri seseorang yang ingin dibangun di mata umum. Ia menjelaskan, kunci membangun personal branding adalah dengan memperhatikan keunikan, diferensiasi, dan relevansi yang pada akhirnya memudahkan orang lain untuk mengingat diri seseorang dengan mudah.

Editor: Sigit Kurniawan

Related