Tak Perlu ke Luar Negeri, Indonesia Kini Bisa Bedah Jantung MICS CABG

marketeers article
Ki-Ka: dr. Amin Tjubandi, Sp.BTKV(K) dan dr. Hasril Hadis, Sp.JP(K), FIHA (Foto: Hafiz/Marketeers)

Bertepatan dengan hari jantung sedunia Rumah Sakit Premier Jatinegara (RSPJ) bersama dengan tim Cardiac Center memamerkan layanan operasi bedah jantung dengan teknik Minimally Invasive Cardiac Surgery atau MICS untuk Coronary Artery Bypass Graft (CABG). Layanan ini diklaim satu-satunya yang ada di Indonesia. 

MICS merupakan inovasi terkini dalam teknik bedah jantung. Metode pembedahan ini menggunakan sayatan kecil -sekitar 5 centimeter- sehingga kehilangan darah lebih sedikit, mengurangi ketidaknyamanan pasca-operasi, waktu penyembuhan lebih cepat, menurunkan risiko infeksi, serta menghilangkan kemungkinan infeksi luka dalam sternum. 

“Prosedur ini juga dapat menjadi pilihan bagi pasien yang memiliki risiko tinggi, seperti karena usia atau riwayat medis lainnya. Dari sisi estetis, tentu teknik ini lebih dipilih karena meninggalkan bekas lebih kecil,” jelas dr. Amin Tjubandi, Sp.BTKV(K), Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiaks, dan Vaskuler pada acara media gathering di RSPJ, Jakarta pada Kamis (29/9/2022).

Teknik ini melengkapi layanan Cardiac Center yang menjadi unggulan rumah sakit. RSPJ memiliki fasilitas atau bangsal khusus pasien penyakit jantung (Cardiac Ward) yang berdiri sejak tahun 2015 dengan layanan jantung komprehensif. Tercatat, ada 14 ruangan di Cardiad Ward dengan berbagai kelas. 

RSPJ juga dilengkapi dengan fasilitas pemeriksaan jantung, monitoring system, defibrillator, ekokardiografi, Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM), holter, hingga mini echo untuk memonitor jantung pasien dengan lebih cepat. Cardiac Ward juga diperuntukan bagi pasien pra dan post tindakan seperti Percutaneous Coronary Intervention (PCI), yaitu prosedur intervensi non bedah.

“Teknik bedah jantung terus berkembang. Dan, teknik bedah jantung MICS CABG harus diadopsi oleh lebih banyak rumah sakit karena memungkinkan untuk melakukan operasi bypass multivessel,” tambah Amin. 

Tentu, teknik ini memakan biaya lebih besar karena membutuhkan teknologi dan keahlian khusus. Sebagai gambaran, teknik MICS CABG dapat menelan biaya lebih tinggi sekitar 1,5-2 kali lipat lebih besar dibanding operasi bedah jantung konvensional. 

Peluang untuk medical tourism

Selain pasien tidak perlu lagi mencari teknik di luar negeri seperti di Penang atau negara lain, MICS CABG juga bisa menjadi daya tarik bagi Indonesia untuk menjadi destinasi untuk medical tourism. 

Pasalnya, keberadaan teknik ini di seluruh dunia masih terbatas. Di Indonesia pun baru RSPJ yang memiliki teknik MICS CABG. 

“Tentu, kita harus bisa menawarkan sesuatu yang lebih jika ingin menghadirkan medical tourism. Selain pasien dari Indonesia tidak perlu lagi pergi ke Penang untuk tindakan, pasien dari luar negeri juga bisa menjadikan Indonesia sebagai pilihan destinasi untuk berobat,” tutup Amin. 

Related