Tantang YouTube, NOICE Hadir Sebagai Brand yang Inklusif

marketeers article

Perusahaan rintisan teknologi (startup) asal Indonesia NOICE punya visi besar. Tak tanggung-tanggung, platform audio streaming yang diluncurkan pada tahun 2018 ini tengah menantang raksasa platform video streaming YouTube. Bermain di ranah yang sedikit berbeda, NOICE optimistis dapat menjadi sebesar YouTube yang menjadi referensi masyarakat dalam mengkonsumsi konten audio. Pendekatan yang inklusif akan dijadikan NOICE sebagai senjata untuk memikat pendengar di Indonesia.

NOICE hadir dengan membawa fitur multi vertikal terlengkap yang mencakup podcast, radio streaming, audiobook, dan musik dengan berfokus pada konten dan audiens lokal. Belum lama ini, NOICE juga meluncurkan fitur live audio bertajuk NOICE Live.

Dengan ragam produknya ini, NOICE ingin dapat menjadi destinasi untuk para pendengar di saat mereka sedang multitasking atau tidak terkoneksi dengan layar (screenless moments).

“Akses terhadap konsumsi konten audio non musik terus tumbuh pesat. Sayangnya, platform penyedia konten audio non-musik yang berkualitas di Indonesia masih sangat terbatas. Sebab itu, NOICE sebagai platform audio lokal hadir untuk memacu perkembangan ekosistem konten audio streaming di Indonesia. NOICE terus berkomitmen untuk menjadi wadah bagi kreator lokal dan hyperlocal yang inklusif mewakili keberagaman kultur Indonesia dan mendukung tumbuhnya industri kreatif nasional,” ungkap Rado Ardian, Chief Executive Officer (CEO) NOICE.

NOICE telah memiliki sekitar 1 juta pengguna di seluruh Indonesia dengan lebih dari 100 program orisinal dan eksklusif. Di sini, perusahaan mengedepankan fitur yang memungkinkan pengguna bisa berinteraksi dua arah dengan kreator konten. Harapannya, antara pendengar dan creator dapat menghasilkan engagement yang erat.

Tiga kata kunci sebagai konten audio yang lengkap, hyperlocal dengan mengedepankan konten yang relevan, dan engagement yang tinggi menjadi value yang dibangun NOICE ke dalam brand positioning-nya.

“Kami melihat Indonesia adalah pasar yang sangat sosial. Untuk itu, kami mencoba seinklusif mungkin dengan seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya ke masyarakat ke kota besar. Untuk itu, kami hadirkan pula konten dengan bahasa daerah. Dengan cara ini, kami ingin sangat semakin relevan dan nyambung dengan semua masyarakat Indonesia. Ini menjadi elemen yang kami kedepankan,” tegas Rado.

Memperkaya konten tengah menjadi fokus NOICE dalam mendorong jumlah pendengar. Dalam hal ini, NOICE banyak menggandeng content creator dengan nama besar dan memiliki basis komunitas yang banyak. Bermain di segmen konsuman usia 18-34 tahun, konten komedi menjad konten yang paling banyak dinikmati, diikuti konten bergenre horror dan konten terkait hobi, seperti konten seputar sepak bola, animasi Jepang, hingga konten seputar minuman boba yang disasar untuk para komunitas.

Dengan konten yang beragam, NOICE hingga saat ini mencatat total waktu pengguna mendengarkan konten di aplikasi NOICE telah mencapai lebih dari 1 miliar menit. “Hingga akhir tahun ini, kami menargetkan lebih dari 1,5 juta pengguna. Harapannya, konten audio akan merangkak naik menyamai pamor dari konten video dan NOICE kian dikenal layaknya YouTube,” imbuh Rado.

Bisnis Model

Menjadi bagian dari group usaha media PT Mahaka Radio Integra Tbk, NOICE memiliki beragam media terintegrasi untuk mendukung bisnis mereka. Tak sekadar untuk menjalankan taktik-taktik pemasaran, NOICE memanfaatkan platform media sosial dan media milik Mahaka seperti radio untuk membangun bisnis model untuk para pembuat konten sebagai mitra mereka.

Di kanal media sosial dan radio-radio milik Mahaka Group, NOICE akan mempromosikan para content creator. Untuk content creator terpilih, NOICE juga menyediakan fasilitas studio di Jakarta. Selain itu, NOICE juga sedang merancang advertising model, dan monetisasi untuk pengguna melalui pemberian donasi.

Bisnis model freemium menjadi konsep yang ditawarkan untuk para pendengar. “Di dalam membangun bisnis model, kami ingin mengedepankan keuntungan untuk para kreator. Kami ingin menjadi wadah kreator bisa berkarya tetapi juga bisa mendapatkan reward. Saat ini, revenue share model ketika ada pengiklan yang masuk sedang berjalan di platform kami,” ujar Niken Sasmaya, Chief Business Officer NOICE.

Dengan bisnis model ini, NOICE membangun dua jenis konten, yakni konten orisinal seperti yang dimiliki oleh Netflix, dan konten eksklusif yang dibangun oleh para kreator khusus untuk NOICE. Tak hanya bisnis model, Niken juga membagikan tiga fokus NOICE saat ini.

Pertama, NOICE terus mengembangkan teknologi yang mereka miliki agar jauh lebih berkembang. Kedua, NOICE tengah berinvestasi ke konten orisinal dan audio story.

Ketiga, perusahaan sedang gencar melakukan rekrutmen dan menetapkan talenta terbaik di Indonesia untuk bergabung bersama mereka. Salah satunya seperti yang NOICE lakukan dengan mengajak Rado dan Niken yang memiliki latar belakang kuat di industri teknologi dan konten. Keduanya membawa bekal pengalaman berkarier di Google Asia Pacific.

Upaya ini didukung pula oleh para investor yang ada di balik NOICE. Awal September lalu, NOICE telah meraih pendanaan pra-serie A dari Alpha JWC Ventures dan Go-Ventures. Perusahaan modal ventura lainnya seperti Kinesys Group, Kenangan Fund, dan beberapa angel investors juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini.

Related