Tantangan Batik Air di Usia Ketujuh

marketeers article
Foto: Dok Lion Air Group

Batik Air sudah tujuh tahun beroperasi menyediakan kebutuhan transportasi udara. Sejak diperkenalkan pada Mei 2013, Batik Air mengusung konsep sebagai maskapai penyedia layanan penuh.

Kala itu penerbangan perdana dimulai dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang (CGK) ke Manado melalui Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi, Sulawesi Utara.

Pada 2003 hanya mengoperasikan satu Boeing 737-900ER, kini Batik Air didukung armada 44 Airbus 320-200CEO (12 kelas bisnis dan 144 kelas ekonomi), enam Boeing 737-900ER (12 kelas bisnis dan 168 kelas ekonomi), 25 Boeing 737-800NG (12 kelas bisnis dan 150 kelas ekonomi) serta satu Airbus 320-200NEO (12 kelas bisnis dan 144 kelas ekonomi).

Saat ini Batik Air melayani konektivitas dan mempunyai frekuensi penerbangan mencapai lebih dari 350 perhari dengan rata-rata tingkat ketepatan waktu (OTP) 92.63%. Sampai saat ini, Batik Air telah memperluas jaringan lebih dari 45 kota tujuan domestik dan internasional.

“Pengoperasian pesawat generasi terbaru menjadi bagian keseriusan Batik Air, yang diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan dan pengalaman para tamu ketika in-flight di kelas premium services airlines serta diharapkan bisa menambah tingkat kepercayaan dan loyalitas dari para tamu kepada Batik Air,” kata Chief Executive Officer Batik Air, Capt. Achmad Luthfie.

Pada situasi saat ini Batik Air bersama Lion Air Group berupaya menghadapi tantangan kondisi sekarang dan analisis peluang serta bisa kembali terbang melayani para tamu.

Batik Air menegaskan, dalam situasi saat ini guna mencegah penyebaran Covid-19 Batik Air menjalankan tindakan preventif dan antisipasi menurut protokol kesehatan terutama berkaitan sisi kesehatan serta kepentingan manusia yang mencakup dari karyawan/ staf dan calon tamu. Kegiatan sterilisasi dan kebersihan pesawat juga terus dilakukan serta ditingkatkan.

    Related