Pasar otomotif Indonesia pada tahun 2025 menghadapi tekanan signifikan akibat penyusutan daya beli kelas menengah, melambatnya pertumbuhan manufaktur, dan beban suku bunga tinggi. Kondisi ini diperkirakan memengaruhi permintaan kendaraan, khususnya di segmen roda empat (4W).
Andrea Suhendra, pengamat otomotif menjelaskan, penurunan Purchasing Manager Index (PMI) di bawah 50 basis poin sejak pertengahan 2024, menjadi sinyal penurunan aktivitas manufaktur.
BACA JUGA: Kontribusi Industri Otomotif pada PDB Nasional Diproyeksikan Turun Rp 4,21 Triliun
“PMI yang terus melemah menunjukkan berkurangnya permintaan konsumen dan bisnis, yang jelas akan berdampak pada sektor otomotif,” kata Suhendra dalam webinar Indonesia Automotive Outlook 2025, dikutip Senin, (20/1/2025).
Kondisi ini diperburuk oleh penyusutan kelas menengah hingga 9,5%, atau setara dengan hilangnya daya beli dari 4,5 juta orang. Selain itu, angka pengangguran yang kini mencapai lebih dari 50 juta orang diperkirakan terus meningkat.
BACA JUGA: Honda Pertahankan Posisi Tiga Besar di Pasar Otomotif Indonesia
Menurut Hendra, situasi ini juga diperburuk oleh inflasi pangan yang lebih tinggi dibandingkan inflasi keseluruhan, yang menggerus kemampuan masyarakat untuk membeli kendaraan.
“Kondisi ekonomi yang melemah membuat masyarakat cenderung menunda pembelian kendaraan baru,” ujarnya.
Di sisi lain, pembiayaan kendaraan juga menghadapi tantangan berat akibat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tetap berada di angka 6%. Hal ini meningkatkan Non-Performing Loan (NPL) di sektor otomotif, yang pada akhirnya menghambat akses kredit bagi konsumen.
“Tingginya suku bunga membuat cicilan kendaraan semakin mahal, sehingga permintaan kendaraan menurun,” jelasnya.
Selain suku bunga, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1% pada 2024 juga turut meningkatkan biaya barang dan jasa. Efek ini memperketat daya beli konsumen dan memengaruhi harga kendaraan di pasar.
“Kenaikan PPN ini memberi tekanan tambahan pada daya beli masyarakat, sehingga pengeluaran untuk pembelian kendaraan menjadi prioritas yang tertunda,” ungkap Suhendra.
Dengan berbagai tantangan tersebut, pelaku industri otomotif diharapkan dapat beradaptasi melalui inovasi produk dan strategi pemasaran yang lebih terarah.
“Dalam situasi pasar otomotif saat ini, penting bagi produsen untuk memahami kebutuhan konsumen dan menghadirkan solusi yang lebih terjangkau serta relevan,” tutup Suhendra.
Editor: Tri Kurnia Yunianto