Taste Dalam Multisensory Marketing Dapat Bekerja Terhadap Merek

marketeers article
Taste dalam multisensory marketing dapat bekerja terhadap merek. (FOTO: Marketeers/Vedhit)

Salah satu elemen multisensory marketing adalah taste atau indra perasa. Namun, taste ini biasanya datang belakangan, karena dipengaruhi oleh sensory yang lain lebih dulu.

Misal, ketika pada sensor lainnya seperti sight kita sudah melihat sesuatu yang menarik. Kemudian, sound kita sudah mendengar sesuatu yang suaranya indah. Sensory taste akan membuat kita makan jadi terasa lebih enak.

Padahal, mungkin rasanya biasa saja. Bisa juga saat kita sedang makan bersama seseorang yang kita suka. Tiba-tiba makanan tersebut bisa berubah rasanya jadi lebih enak, karena itu feeling emosinya jadi lebih naik.

“Pada dasarnya, sensory taste terbagi menjadi tiga pilar, yakni science of flavor, influence of other sense dan quality of life. Tiap poin tersebut tentu memiliki nilai tersendiri untuk menentukan hasil dari sensory taste,” ujar Marthani Tan, Chief Operating Officer Marketeers saat Alive fest 2022 di Jakarta, Jumat (2/12/2022).

BACA JUGA: Multisensory Marketing The Ritz-Carlton Bali Sambut Libur Akhir Tahun

Dalam keilmuan Neurogastronomy atau yang bisa juga disebut sebagai science of flavour, menjadi cara untuk menstimulasi otak manusia. Cara flavor bekerja mulai dari empat rasa utama ditambah dengan rasa kelima yang sering disebut dengan Umami.

Taste sebenarnya ada empat dasar, yakni manis, pahit, asin dan asam. Sementara, satu tambahan Umami yang biasanya dikenal MSG melengkapi menjadi empat dasar plus satu.

Sebab itu, kita harus mempertimbangkan soal sensory yang lainnya. Di sisi lain, itu semua yang menciptakan persepsi rasa yang kompleks. Seringkali persepsi rasa ini muncul belakangan dipengaruhi oleh berbagai pancaindra yang lain.

Sebagai contoh, soal rasa, Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman rempah-rempahnya. Misal memasak makanan opor ayam, pakai bumbu untuk memasaknya menjadi makanan yang enak pasti bermacam-macam.

BACA JUGA: Sentuhan Multisensory Marketing Bobobox Agar Pengunjung Reservasi Lagi

Dari sini, sebenarnya kita ingin memberi kesan gabungan dari berbagai macam rasa rempah-rempah tersebut. Sehingga, dapat menciptakan persepsi yang bermacam-macam melalui rasa. Ini juga bisa menjadi parameter dari quality of life itu bagus atau tidak.

Bicara soal rasa, saat pandemi COVID-19 masih gencar beberapa waktu lalu. Banyak orang yang terjangkit virus kehilangan indra perasa dan penciumannya.

Sebab itu, taste sangat mempengaruhi quality of life. Kalau tidak bisa merasakan dan mencium tentu kualitas hidup menurun karena rasa apapun jadi tidak enak atau terasa hambar.

“Ketika kita bisa mensimulasikan marketing lewat semua indra yang kita miliki. Biasanya brand asosiasi dari merek atau produk yang kita miliki, customer akan lebih punya long term memory. Mungkin saat ini tidak pakai atau belum tentu pakai, tapi suatu hari nanti bisa saja dipakai dan bernostalgia,” tukas Martha.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related