Tegaskan Prinsip Sustainability, Ini Empat Fokus Utama Nestlé

marketeers article
Terdapat empat fokus utama Nestlé dalam menjalankan prinsip sustainability dalam bisnisnya (Sumber: Nestlé Indonesia)

Selama lebih dari 50 tahun hadir di Indonesia, Nestlé sebagai perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman semakin memperkuat komitmennya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dilakukan Nestlé sebagai praktik sustainable businesss yang diwujudkan dalam berbagai bentuk investasi dan inisiatif.

“Nestlé telah menerapkan prinsip sustainability sejak 30 tahun lalu. Seiring dengan berjalannya bisnis kami, Nestlé terus menegaskan komitmennya dan  berupaya untuk berkontribusi dalam keberlanjutan lingkungan dan masyarakat di Indonesia. Sebagai perusahaan yang membutuhkan hasil tani sebagai bahan produksi, kami juga bertanggung jawab untuk menjaga ekosistem tersebut,” ujar Sufintri Rahayu, Direktur Corporate Affairs Nestlé Indonesia dalam acara Media Gathering Nestlé Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta, (7/9/2022).

Secara global, Nestlé telah menetapkan target Net Zero Emission di perusahaan pada tahun 2050. Untuk mencapai target tersebut, Nestlé secara bertahap melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi di seluruh rantai bisnis perusahaan. 

Upaya-upaya tersebut merupakan bagian dari empat fokus utama Nestlé dalam menjalankan prinsip sustainability dalam bisnisnya. Fokus yang pertama adalah sustainable packaging atau kemasan berkelanjutan. 

Nestlé terus melakukan inovasi dan pengembangan kemasan untuk memastikan tiap kemasan produk dari berbagai brand bisa didaur ulang. Saat ini, Nestlé telah menerapkan kemasan yang ramah untuk didaur ulang pada 80% produknya. 

Nestlé menargetkan 100% produknya memiliki kemasan yang bisa didaur ulang pada tahun 2025. Fokus yang selanjutnya adalah pasokan yang berkelanjutan. 

Dalam proses rantai pasok, Nestlé menggunakan bahan baku dari pertanian sehingga sangat berhubungan dengan agrikultur. Untuk itu, Nestlé terus menjalin kerja sama dan memperhatikan stakeholder yang berada dalam rantai pasoknya. 

“Nestlé terus menjalin kerja sama secara end to end dengan peternak dan petani. Kami tidak hanya bekerja sama dalam hal pemanfaatan bahan hasil dari pertanian dan peternakan saja, tetapi kami juga memberikan pendampingan kepada para stakeholder, baik petani ataupun peternak. Tidak hanya pendampingan secara technical seperti penanaman kopi atau proses beternak saja, kami juga memperhatikan living income mereka. Nestlé juga memberikan pendampingan mengenai skill bisnis atau alur bisnis agar pendapatan mereka terus meningkat dan dapat memiliki kehidupan yang sejahtera,” ujar Prawitya D Soemadijo (Essy), Sustainability Director Nestlé Indonesia.

Fokus yang ketiga adalah aksi dalam mengatasi perubahan iklim. Perubahan iklim akibat emisi karbon yang berlebih sangat berdampak pada hasil pertanian, yang dapat memengaruhi kualitas produk Nestlé. Kontribusi emisi terbesar Nestlé berasal dari proses pertanian.

Untuk itu, Nestlé menyenangkan regeneratif agrikultur untuk melindungi dan memperbaharui kondisi lingkungan dan ekosistem pertanian. Selain itu, Nestlé juga melakukan efisiensi bahan bakar boiler dengan beralih dari penggunaan natural gas menjadi sekam padi. 

Fokus yang terakhir adalah pengelolaan air. Setiap tahunnya, Nestlé berupaya untuk mengurangi penggunaan air dalam proses produksi di factory sebanyak 4%. Hal tersebut diwujudkan dengan meminimalisasi jumlah air dan menerapkan prinsip reduce, reuse dan recycle pada penggunaan air.

“Nestlé akan terus melakukan berbagai upaya dan melakukan investasi untuk memastikan adanya praktik keberlanjutan dalam bisnis kami,” tutur Essy.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related