Teknologi All New Ertiga Hybrid, Suzuki: Tak Sekadar Canggih Tapi Bisa Diterima

marketeers article
All New Ertiga Hybrid (Foto: Hafiz/Marketeers)

Persaingan teknologi di industri otomotif kian berkembang. Tak hanya di pasar global, persaingan “canggih-canggihan” teknologi juga terjadi di antara pabrikan mobil di Indonesia, termasuk dalam merespons tren elektrifikasi kendaraan. Menjawab persaingan tersebut, Suzuki sebagai salah satu pemain mengambil langkah yang terencana dengan baik. Suzuki mengedepankan teknologi yang paling bisa diterima oleh konsumen ketimbang menghadirkan teknologi paling canggih dengan harga selangit. Tentu, upaya ini disesuaikan dengan segmen konsumen yang dimiliki Suzuki di Indonesia.

“Kami mengeluarkan produk berdasarkan hasil studi, termasuk untuk All New Ertiga dengan teknologi smart hybrid. Studi kami pun menemukan bahwa kendaraan elektrifikasi harus masih dapat dijangkau konsumen,” ujar Donny Saputra, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales kepada Marketeers beberapa waktu lalu. 

Berbeda dengan mobil elektrifikasi yang seluruh sumber tenaganya mengandalkan listrik, All New Ertiga Hybrid menggunakan sumber tenaga yang berasal dari mesin bensin konvensional digabungkan dengan ISG (Integrated Starter Generator) dan Lithium-Ion Battery. 
ISG berfungsi sebagai motor dan generator yang menangkap dan menyimpan energi listrik ke Lithium-Ion Battery. Energi listrik inilah yang menjaga komponen kelistrikan mobil tetap menyala saat mobil dalam posisi berhenti (engine auto start stop aktif), sehingga akan membuat konsumsi bahan bakar lebih efisien karena tidak terjadi proses pembakaran. 

Membawa teknologi Suzuki Smart Hybrid, All New Ertiga Hybrid pun dibanderol dengan harga yang tak jauh berbeda dengan Ertiga generasi sebelumnya. PT Suzuki Indomobil Sales sebagai agen pemegang merek Suzuki di Indonesia memberikan banderol harga, mulai dari Rp 270,3 juta untuk All New Ertiga Hybrid GX-MT hingga Rp 292,3 juta untuk tipe All New Ertiga Hybrid Suzuki Sport-AT.

Proses R&D

Secara keseluruhan, proses riset dan pengembangan (R&D) untuk All New Ertiga Hybrid dilakukan dalam waktu sekitar 1,5 tahun. Hal ini diungkapkan oleh Strategic Planning Dept. Head PT SIS Joshi Prasetya. Proses ini diawali dari desain prototipe, dilanjutkan dengan produksi prototipe sebelum masuk ke fase produksi masal. 

“Desain prototipe dilakukan untuk mempelajari bagaimana kendaraan bisa dirakit sesuai dengan kendaraan yang didesain oleh desainer. Menggabungkan komponen per kompoinen sampai menjadi mobil dan melahirkan operating instruction bagi orang pabrik,” jelas Joshi. 

Untuk riset, PT SIS mengandalkan proses survei dan focus group discussion (FGD). Proses dilakukan sebelum menentukan desain untuk mengetahui apa kebutuhan dan ekspektasi dari konsumen. Hal ini kian penting bagi produk yang akan digunakan setiap hari. 

“Teknologi Smart Hybrid kami percaya dapat diterima dengan baik karena kehadirannya memberikan dampak langsung dan nilai tambahnya hadir setiap kali digunakan,” tegas Joshi.

Hasilnya, All New Ertiga selama periode peluncuran 10-20 Juni telah mengumpulkan pemesanan sebanyak 1824 unit. “Dari 1.824 unit yang dipesan, 70%-nya adalah varian hybrid. Dari total pemesanan All New Ertiga Hybrid, 72% memesan transmisi matic. Angka ini melewati target kami yang hanya 1.500 unit selama periode tersebut,” tutup Donny. 

Related