Teknologi Jadi Andalan Industri Medis Saat Pandemi

marketeers article
Ilustrasi layanan telemedicine. Foto: www.123rf.com

Jauh sebelum pandemi, banyak tenaga medis yang mengalami kesulitan karena beban kerja berat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tugas administratif yang juga menjadi tanggung jawab mereka. Kini, di tengah gencarnya transformasi digital, tenaga medis diharapkan terbantu dengan teknologi modern, khususnya sistem pencatatan kesehatan.

Berdasarkan survei PwC Health Research Institute (HRI) yang melibatkan eksekutif di sektor kesehatan pada Agustus sampai September 2020, teknologi digital diharapkan menjadi penawar dari pain point yang dihadapi tenaga medis setiap harinya. Teknologi yang berkembang hingga saat ini diyakini mampu membantu mereka bekerja lebih efisien dan mampu membuat pasien lebih bahagia.

Karenanya, HRI juga memperkirakan adanya lebih banyak investasi untuk meningkatkan teknologi yang ada. Terlebih lagi, melihat situasi pandemi yang masih berkembang masih akan ada potensi penggunaan teknologi untuk membantu pasien bahkan dari jarak jauh. Masih dari survei yang sama, sebanyak 38% eksekutif percaya lebih dari seperempat uji klinis akan dilakukan secara virtual hingga tahun 2025.

Marketing Director Reckitt Benckiser Health Indonesia Rahul Bibhuti mengatakan tahun 2020 merupakan era yang berbeda dan mengubah segalanya. Banyak kebiasaan masyarakat dunia yang berubah.

“Sebelumnya, sektor kesehatan menjadi sektor yang banyak memberikan layanan tatap muka alias pasien bertemu dengan dokternya. Dahulu mustahil mengedukasi pasien tanpa tatap muka. Namun, kebiasaan tersebut berubah,” pungkas Rahul.

Tidak hanya teknologi yang berkembang tetapi juga kemampuan dari para tenaga medis. Untuk bisa bekerja lebih efisien, mereka didorong beradaptasi lebih cepat dengan perubahan. Pasalnya, banyak orang kini merasa lebih nyaman tinggal dan mengakses informasi dari rumah.

Survei PwC Health Research Institute (HRI) menemukan 53% pasien khawatir jika harus keluar rumah untuk memeriksa kesehatan dan bertemu dokter secara langsung. Hanya 27% yang mendapatkan informasi mengenai aman atau tidaknya layanan tatap muka.

Dari sini, ditemukan juga bahwa 73% responden percaya teknologi yang tepat dapat meningkatkan pengalaman layanan kesehatan bagi pasien. Rahul menuturkan hal ini mendorong perkembangan teknologi di dunia kesehatan. Dengan berkurangnya konsultasi tatap muka, telemedicine kini menjadi opsi yang menarik bagi para pasien. Hal senada diungkapkan oleh Christine Fajardo, Country Corporate Affairs Head Novartis Philippines.

“Kita berada di tipping point yang membuat kita berada di era serba digital. Tidak terkecuali untuk industri healthcare yang uniknya terbantu secara drastis untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Tentunya, dengan kerja sama yang baik dan teknologi serta talenta yang tepat,” tutur Christine.

Tahun 2021 menjadi waktu tepat bagi para pemain di sektor kesehatan untuk memperkuat infrastruktur agar siap menghadapi ketidakpastian. Layanan berbasis virtual dan lebih personal berpotensi meningkatkan kepercayaan pasien yang pada akhirnya juga berbanding lurus dengan keuntungan yang bisa didapat.

Editor: Sigit Kurniawan

Related