Temuan MarkPlus Insight Terkait Peran e-Commerce dalam Mendukung UKM

marketeers article
Siapa e-commerce terbaik selama Ramadan? (Ilustrasi: 123RF)

Pandemi COVID-19 berdampak bagi usaha, mikro, kecil, dan menengah (UKM) di Indonesia. Berbagai strategi mereka lakukan untuk bertahan, termasuk bertransformasi digital dengan masuk ke platform e-commerce. MarkPlus Insight menangkap hal tersebut dan membuat acara virtual yang bertajuk Peran E-Commerce dalam Mendukung Brand Lokal Selama Pandemi.

Dalam acara ini, MarkPlus Insight memberikan hasil survei yang mereka temukan mengenai e-commerce yang dipaparkan oleh Rhesa Dwi Prabowo, Head of High-Tech, Property & Consumer Goods MarkPlus, Inc.  Survei tersebut fokus kepada satu topik, yaitu peran seperti apa yang e-commerce lakukan dalam mendukung merek lokal atau UKM selama pandemi yang dibagi menjadi 10 insight menarik.

Insight pertama, mengenai profil responden secara keseluruhan. MarkPlus Insight melakukan in-depth interview dengan pelaku usaha/UMKM di berbagai e-commerce, perwakilan dari Asosiasi E-commerce Indonesia (iDea), dan perwakilan dari Kemenparekraf.

Online survei juga dilakukan dengan melibatkan 500 responden pria dan wanita yang merupakan pengguna aktif e-commerce dan pernah membeli produk lokal. Ada 500 responden tersebut berasal dari berbagai kota di seluruh Indonesia dengan rentang usia 18-44 tahun.

Kedua, terkait kondisi UKM selama pandemi. Perwakilan kemenparekraf mengatakan bahwa baru ada 18% UKM di Indonesia yang menggunakan platform digital. Namun demikian, angka ini terus meningkat, dengan perspektif asosiasi UKM selama pandemi semakin terdigitalisasi dan keinginan orang untuk membuka usaha semakin besar.

“Pada tahun 2020, UKM yang on board ke digital menambah 3,4 juta. Keinginan orang berjualan semakin membesar karena kondisinya memang sudah lebih baik, apalagi semenjak ada e-commerce. Dari perspektif UKM pun mengatakan bahwa penjualan mereka di kanal online meningkat tajam dengan revenue hingga 4x lipat selama pandemi,” jelas Rhesa.

Ketiga, mengenai produk UMKM yang disukai konsumen. Berdasarkan hasil survei, kategori fesyen menempati peringkat pertama, yaitu 63,8%. Selanjutnya, F&B sebesar 49,4%, rumah tangga 48%, diikuti dengan mainan dan hobi serta ibu dan bayi.

“Selain produk sehari-hari, ternyata produk rumah tangga dan mainan juga termasuk jajaran top 5 produk lokal yang dibeli konsumen. Memang waktu yang dihabiskan di rumah semakin tinggi, sehingga mereka mulai menyalurkan hobi mereka dengan membeli barang-barang yang terkait dengan interest nya,” papar Rhesa.

Selanjutnya, terkait strategi yang dilakukan pelaku usaha bertahan selama pandemi. Rhesa mengatakan bahwa para pelaku usaha banyak melalukan kampanye di media sosial dan juga e-commerce. Mereka juga sudah menggunakan ads, membuat konten edukatif, dan memberikan potongan harga atau promo lainnya untuk meningkatkan penjualan mereka.

“Ada beberapa hal menarik yang kami tanyakan ke pelaku usaha. Bagi mereka, model desain dan ukuran sangat penting. Mereka juga menjual produk yang banyak dibutuhkan selama pandemi. Strategi lainnya yaitu pembelian sampel produk, garansi, hingga membuat produk bundling,” kata Rhesa.

Kelima,  mengenai dukungan asosiasi dan pemerintah terhadap UKM. Rhesa memaparkan bahwa ada 3 dukungan utama yang dialkukan asosiasi dan pemerintah, yaitu melalui talkshow atau pelatihan, pendampingan usaha, dan bantuan permodalan.

“Asosiasi dan pemerintah banyak memberi dukungan dalam memfasilitasi pendaftaran merk, megedukasi UKM, promosi, digital marketing, perpajakan, sampai dengan keuangan juga difasilitasi dan didampingi. Tahun 2020, pemerintah juga memberikan dana segar ke HIMBARA untuk penyaluran kredit ke UMKM,” tutur Rhesa.

Keenam, terkait dukungan dari e-commerce sendiri untuk UKM. Ada beberapa dukungan dari e-commerce, termasuk menyediakan dashboard untuk penjualan, section khusus, dan complaint handling yang baik.

E-commerce juga juga banyak memberikan pelatihan dan pendampingan bisnis, seringkali memberikan subsidi atau diskon. Tak jarang pula e-commerce mengajak masyarakat untuk membeli produk lokal,” tambah Rhesa.

Ketujuh, Rhesa memaparkan hasil survei terkait e-commerce yang paling disukai masyarakat untuk membeli produk lokal. Hasil menunjukan bahwa Tokopedia menempati urutan pertama, yaitu 51%, Shopee 40,8%, Lazada di 4%, disusul dengan Bukalapak dan Blibli.

Selanjutnya, terkait alasan konsumen menyukai produk lokal di e-commerce yang di simpulkan berdasarkan top 3 e-commerce yaitu Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Asalannya adalah ketiga platform tersebut seringkali ada diskon, banyak ulasan di produk lokal, dan seringkali membuat program yang menampilkan berbagai produk unggulan UKM.

Insight berikutnya mengenai e-commerce terbaik dalam mendukung pertumbuhan produk lokal. Peringkat pertama masi dengan Tokopedia, yaitu 57,2%, disusul oleh Shopee 34,8%, Lazada di 3,8%, Bukalapak 3,8%, serta Blibli di 0,2%.

Insight terakhir mengenai faktor pemilihan e-commerce terbaik yang mendukung produk lokal. Menurut Rhesa, ada beberapa alasan yang disimpulkan menjadi 3 poin besar dari responden di Tokopedia, Shopee dan Lazada yang menyampaikan bahwa ketiga platform tersebut menyediakan kategori khusus toko UKM pilihan.

Selain itu, mereka juga banyak melakukan promosi untuk produk UKM dan lokal, seperti flash sale. Tak jarang pula ketiga platform tersebut memberikan dukungan secara kredit atau bantuan modal.

“Berdasarkan hasil interview dengan perwakilan asosiasi, sebetulnya semua e-commerce sudah punya section khusus yang isinya produk lokal. Kalau dilihat, Tokopedia memang benar-benar memiliki inisiatif yang baik untuk mendorong perkembangan produk lokal. Bisa dilihat setidaknya penjualan disitu tidak ada yang dari luar negeri,” tutup Rhesa.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related