Tertinggi Sejak 1997, Belajar dari Ekonomi Vietnam yang Tumbuh 8,02%

marketeers article
Pedagang pasar tradisional di Vietnam. Sumber gambar: 123rf.

Vietnam melaporkan pada tahun 2022 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 8,02%. Raihan ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 1997 meskipun menghadapi hambatan global dan ancaman resesi dunia.

Kantor Statistik Vietnam (General Statistics Office/GSO) mengatakan, raihan tersebut melebihi target yang ditetapkan pemerintah sebesar 6% hingga 6,5%. Capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun ini meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 2,58% secara tahunan (year-on-year/yoy) akibat pandemi COVID-19.

GSO menyebut meskipun pertumbuhan ekonominya sangat tinggi, para pengusaha masih khawatir akan terjadinya resesi global. Sehingga berdampak pada produsen utama khususnya ekspor produk-produk tekstil, alas kaki, dan elektronik merek-merek dunia yang produksi di Vietnam.

“Kinerja ekonomi patut dicatat di tengah ketidakpastian dan tantangan ekonomi dan politik global,” tulis GSO dilansir dari Reuters, Jumat (30/12/2022).

BACA JUGA: Jokowi: Ekonomi Makro RI Sekarang Lebih Baik

Dalam keterangan tersebut, sektor industri dan konstruksi pada 2022 tumbuh 7,78%. Sedangkan sektor jasa tumbuh 9,99%, dan sektor pertanian tumbuh 3,36%.

Dari sisi ekspor, pada tahun 2022 naik sebesar 10,6% (yoy) menjadi US$ 371,85 miliar. Sementara itu, penjualan ritel naik 19,8% (yoy) dan harga konsumen yang juga terkerek 4,55% dari tahun sebelumnya.

Meskipun ekonomi pada tahun 2022 tumbuh pada laju tercepat dalam beberapa dekade, para ekonom memperingatkan bahwa hal itu akan menghadapi hambatan ke depan. Terutama terkait dengan permintaan global yang melemah telah berdampak pada pengirimannya.

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi global mempersulit Vietnam untuk meningkatkan ekspornya dan menarik lebih banyak investasi asing tahun depan,” kata Can Van Luc, penasihat pemerintah dan ekonom di Bank untuk Investasi dan Pembangunan Vietnam.

BACA JUGA: Tantangan Ekonomi 2023, Kenaikan Inflasi hingga Capital Outflow

Luc mengatakan, tekanan inflasi ke atas juga meningkat menyusul peningkatan jumlah uang beredar menjelang akhir tahun 2022. Tak hanya itu, Vietnam juga harus mengimpor banyak barang yang harganya masih tinggi, sehingga juga mendorong tekanan inflasi yang lebih tinggi.

Adapun ekspor pada Desember 2022 mengalami penurunan sebesar 14% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 29,66 miliar. Sementara impor turun 8,1% menjadi US$ 29,16 miliar.

Penurunan impor dapat mengindikasikan kontraksi masa depan dalam produksi industri karena perusahaan memotong pembelian bahan dan peralatan untuk produksi.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal keempat adalah 5,92%, melambat dari pertumbuhan 13,71% pada kuartal ketiga. Pertumbuhan kuartal ketiga direvisi naik dari 13,67%.

Investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke Vietnam, salah satu penggerak ekonomi utama negara itu, naik 13,5% tahun ini menjadi US$ 22,4 miliar.

Tapi FDI yang menunjukkan arus masuk di masa depan, turun 11% pada tahun ini menjadi US$ 27,72 miliar. Pada tahun depan, Vietnam menargetkan pertumbuhan PDB sebesar 6,5% dan inflasi sebesar 4,5%.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related