Tetap Untung Sebagai Wirausaha Sosial

marketeers article

Berdasarkan riset British Council yang bertajuk, “Developing an Inclusive and Creative Economy – The State of Social Enterprise in Indonesia”, pertumbuhan wirausaha sosial di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam lima tahun terakhir, di mana jumlah wirausaha sosial baru meningkat lima kali lebih besar dibandingkan lima tahun sebelumnya.

Wirausaha sosial atau yang dikenal dengan sociopreneur sendiri merupakan bisnis dengan pendeklatan praktis, inovatif, dan berkelanjutan untuk memberi dampak positif pada masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah ekonomi atau sosial yang ada.

Bagi sejumlah orang yang baru memulai atau berencana berbisnis, pendekatan ini tampaknya belum familiar. Mungkin, untuk segelintir orang pun akan “takut” untuk mencoba. Karena, mengkhawatirkan keuntungan yang bisa didapatkanya. Menjawab kekhawatiran tersebut, Bank DBS Indonesia menyelenggarakan DBS SME Academy untuk membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) serta wirausaha sosial.

“Saat ini, tren wirausaha sosial dapat dilihat kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia  sebesar 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), oleh karena itu sejalan dengan misi “Live more, Bank less” kami ingin memungkinkan UKM dan wirausaha sosial Indonesia untuk  terus tumbuh dengan memberikan dukungan yang salah satunya adalah melalui DBS SME Academy,” ujar Rudy Tandjung, Direktur Bank DBS Indonesia.

Pada salah satu acara bertajuk “Social Impact as a New Form to Generate Financial Gain”, DBS SME Academy menghadirkan sejumlah pembicara. Mereka merupakan para pelaku wirausaha sosial di berbagai bidang. Mulai dari kesehatan, keuangan, hingga travelling.

Pada kesempatan tersebut, mereka membagikan tips serta mendiskusikan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan revenue wirausaha sosial. Untuk tetap mendapatkan keuntungan namun tidak lupa memberi dampak untuk masyarakat, setidaknya ada lima poin yang perlu dipahami. Kelimanya antara lain menemukan celah pasar, memahami kebutuhan konsumen, menerima umpan balik, memperbaiki produk, serta aktif mengembangkan produk.

Editor: Sigit Kurniawan

Related