The 2nd FMCBG G20 Sepakati Kerja Sama Hadapi Tantangan Global

marketeers article

Pertemuan kedua Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 di bawah Presidensi Indonesia telah dilaksanakan. The Second Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) ini, dihadiri oleh negara anggota G20 serta sejumlah organisasi internasional dan regional.

Dalam pertemuan ini, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara anggota G20 melanjutkan kembali pembahasan pada agenda pertemuan sebelumnya, yakni ekonomi global dan risikonya, isu kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, dan keuangan berkelanjutan. Pada pertemuan ini juga terdapat agenda tambahan mengenai pandangan terhadap perang dan dampak ekonomi yang ditimbulkan.

“Anggota G20 menekankan peran krusial G20 sebagai forum kerja sama ekonomi internasional. Maka dari itu, para anggota juga mendukung langkah penyesuaian terhadap agenda yang tengah berjalan guna menanggulangi dampak ekonomi dari perang,” ujar Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia mengutip ungkapannya pada sesi konferensi pers dalam siaran tertulis Kementrian Keuangan.

Tentu, upaya ini dilakukan sambil tetap menjaga komitmen untuk mencari solusi bagi tantangan global yang telah berlangsung lama agar dunia pulih kembali dengan kuat secara berkelanjutan, inklusif, dengan pertumbuhan yang seimbang

Dari pertemuan kedua ini, anggota G20 menyampaikan kekhawatiran tentang kondisi ekonomi global dan risikonya, yakni tekanan inflasi yang lebih luas dan persisten. Kondisi ini akan mendorong beberapa bank sentral untuk menaikkan kebijakan suku bunga yang akan mengakibatkan pengetatan likuiditas global yang lebih cepat dari perkiraan.

Menanggapi hal tersebut, G20 menyatakan pentingnya memenuhi komitmen mengenai strategi kebijakan keluar yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan dan mengurangi potensi limpahan (spillover).

Pada agenda kesehatan global, telah disepakati bahwa tindakan kolektif dan terkoordinasi untuk mengendalikan pandemi tetap menjadi prioritas. Hal tersebut didasarkan pada peningkatan angka COVID-19 di beberapa wilayah telah menghambat pertumbuhan, mendisrupsi rantai pasok, dan meningkatkan inflasi, serta memperlambat pemulihan global.

Dengan kondisi tersebut, berdasarkan penilaian WHO dan World Bank, terdapat kesenjangan pembiayaan signifikan yang perlu ditangani. Pembentukan mekanisme keuangan baru berupa Dana Perantara Keuangan (FIF) yang ditempatkan di World Bank telah disepakati sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi.

Selanjutnya, terkait agenda Aristektur Keuangan Internasional, terdapat sejumlah pembahasan yang disepakati oleh anggota. Anggota G20 kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan.

G20 menyambut baik pembentukan Resilience and Sustainability Trust (RST), kesepakatan perlakuan utang Chad, pembentukan Komite Kreditur Zimbabwe dan mendorong lebih lanjut pemenuhan ambisi global sebesar US$ 100 miliar dari kontribusi sukarela untuk negara-negara yang membutuhkan. Para anggota juga mengakui peran Bank Pembangunan Multilateral (MDB), akan melanjutkan proses reformasi tata kelola IMF serta membahas kemajuan Kerangka Kerja Bersama G20 tentang perlakuan utang,

Terakhir, mengenai agenda keuangan berkelanjutan, anggota G20 menegaskan kembali pentingnya keuangan berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global serta pencapaian Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Anggota G20 memastikan implementasi dari Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan G20.

Hal ini termasuk mengembangkan kerangka kerja sukarela dan tidak mengikat untuk transisi keuangan, meningkatkan kredibilitas komitmen lembaga keuangan, dan mengembangkan alat kebijakan demi meningkatkan instrumen keuangan berkelanjutan dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan. Konsensus ini akan sangat mendukung salah satu target utama Presidensi G20 Indonesia dalam melakukan transisi energi yang adil dan terjangkau (just and affordable).

Sebagai pemegang Presidensi G20, Indonesia menjamin dialog terbuka untuk meraih konsensus dalam isu yang memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapainya, Indonesia mengadopsi sejumlah prosedur yang telah disepakati sejak presidensi-presidensi sebelumnya. 

Untuk ini, Indonesia telah menerima dukungan penuh dari anggota untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan global, sembari tetap mengusung agenda utama Presidensi Indonesia, Recover Together, Recover Stronger. Dengan semangat multilateralisme, para anggota dapat mencapai konsensus di pertemuan kedua FMCBG.

Selanjutnya, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 akan melanjutkan dialog dalam FMCBG Ketiga yang akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 15-16 Juli 2022.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related